Sunday, November 1, 2009

Pengalaman Pribadi saya
Ya,ini memang prestasi orang lain bukan bangsa Indonesia.
Saya sendiri sudah memutuskan untuk belajar menjadi seorang ahli bangunan kapal pada tahun 1955an, ketika ayah saya menanyakan kalau saya lulus SMA nanti akan meneruskan belajar dalam jurusan ilmu apa. Semula saya ingin mendalami ilmu yang berkaitan dengan ruang angkasa. Akan tetapi di manakah bisa menuntut ilmu yang seperti itu? Kemudian setelah saya berubah haluan ingin belajar Shipbuilding, maka mulailah saya mencari tau di mana dan akhirnya berhasil mendapat pendidikan teori dan praktek di Jepang, yang dimulai pada tahun 1959 (50 tahun yang lalu).
Menuntut pelajaran teori di salah satu ruangan di Mejiro Ships' Towing Tank di Tokyo yang disebut dengan Ungyuu Gijitsu Kenkyu Jo di bawah naungan Institute of Naval Architecture pimpinan dan bimbingan Professor Chozo Ono, seorang yang mendapat gelar sebagai Japan Shipbiilding Pioneer. Gelar tersebut diberikan langsung oleh Kaisar Kekaisaran Jepang, Hirohito. Kejadian langka sekali seorang Kaisar Jepang secara langsung memberikan hadiah semacam itu kepada penerimanya.
Saya juga mengikuti praktek lapangan di Galangan Kapal Tsurumi Zosenjo (Nippon Koukan Kabushiki Kaisha), karyawannya lima belas ribu orang dan Ishikawajima Shipbuilding di Nagoya Shipyard (5000 karyawan) masing-masing selama enam bulan lamanya. Hasil las saya telah menggemparkan, karena dari semua kelas yang mengikuti perlombaan dan test di Lab tentang Las, saya mendapatkan nomor pertama sebagai yang terbaik). Hal ini karena diantara yang mengikuti lomba itu ada dua mahasiswa yang telah menuntut ilmu khusus mengenai mengelas dengan gelar sarjana ilmu las. Bekerja berdampingan dengan tukang las, tukang potong besi baja dan membuat template dengan tata cara yang berlaku pada waktu itu: membentuk badan kapal. Praktek juga meliputi kerja sebagai designer di Nagoya (Ishikawajima) di bagian Ships'Design, sebuah bagian yang paling elite di dalam deretan tugas dalam pembangunan Kapal.
Misalnya kegiatan design kapal khusus pengangkutan pisang dari Ekuador ke Jepang, harus mengetaui terlebih dahulu apa pisang itu. Saya dihadapkan dengan lebih dari sepuluh buah buku khusus mengenai pisang, meskipun secara nyata saya sudah mengenal pisang sejak masa kanak-kanak di Indonesia. Meskipun pengetauan mengenai pisang itu menjadi modal besar dan plus bagi saya, lebih dari para designer orang Jepang lainnya, akan tetapi ternyata kemudian dengan membacanya saya merasa masih menjumpai hal-hal yang belum pernah saya jumpai sebelumnya.
Itulah salah satu contoh, bagaimana luasnya pengetauan ketika aktif di dalam kegiatan design. Belum lagi harus juga tau tata cara mengangkut pisang dari kebun sampai ke kapal dan berikut undang-undang yang berlaku di negara penanam pisang. Semua hal seperti itu amat berpengaruh dalam design kapal.
Di bagian design itulah saya banyak mendapat masukan yang sifatnya amat positif mengenai future design kapal, mengenai Tanker yang sekian ratus ribu deadweight ton dan tetang oil tanker yang double hull untuk pengangkutan yang aman dan lain-lain, yang pada masa ini (setelah setengah abad kemudian), sudah banyak terlihat menjadi pemandangan biasa.
Anwari Doel Arnowo 2 Nopember, 2009
Yang di bawah ini saya kutip (copy paste) dari The Straits Times Singapore yang saya baca kemarin di Singapura.





World's largest cruise ship
Oct 31, 2009





The Oasis of the Seas will meet its first obstacle Saturday when it exits the Baltic Sea and must squeeze under the Great Belt Bridge, which is just 1 foot (30 centimetres) taller than the ship - even after its telescopic smokestacks are lowered. --PHOTO: AP
View more photos
HELSINKI - IT'S five times larger than the Titanic, has seven neighbourhoods, an ice rink, a golf course and a 750-seat outdoor amphitheater. The world's largest cruise ship is finally finished and beginning to glide toward its home port in Florida.

WHAT'S IN A SHIP?
THE Oasis of the Seas has 2,700 cabins and can accommodate 6,300 passengers and 2,100 crew members.

It has various 'neighbourhoods' - parks, squares and arenas with special themes. One of them will be a tropical environment, including palm trees and vines among the total 12,000 plants on board. They will be planted after the ship arrives in Fort Lauderdale.
... more
The Oasis of the Seas will meet its first obstacle Saturday when it exits the Baltic Sea and must squeeze under the Great Belt Bridge, which is just 1 foot (30 centimetres) taller than the ship - even after its telescopic smokestacks are lowered.
To be on the safe side, the ship - which rises about 20 stories high - will speed up so that it sinks deeper into the water when it passes below the span, said Lene Gebauer Thomsen, a spokeswoman for the operator of the Great Belt Bridge.

Once home, the US$1.5 billion (S$2.1 billion) floating extravaganza will have more, if less visible, obstacles to duck: a sagging US economy, questions about the consumer appetite for luxury cruises and criticism that such sailing behemoths are damaging to the environment and diminish the experience of traveling.

Travel guide writer Arthur Frommer has railed against Oasis and other mega-ships he calls 'floating resorts,' suggesting that voyages on such large vessels are 'a dumbing down of the cruise experience.'

Oasis of the Seas, which is nearly 40 per cent larger than the industry's next-biggest ship, was conceived years before the economic downturn caused desperate cruise lines to slash prices to fill vacant berths. -- AP

No comments: