Wednesday, March 31, 2010

Kalau ada, aku mau menjadi Warga Dunia, tetapi aku cinta Indonesia





Anwari Doel Arnowo – 1 April, 2010

Aku Dan Indonesia

Tanggal hari ini tidak ada hubungannya dengan tanggal tulisan ini yang juga bersamaan dengan April Fool Day.
Waktu aku lahir (17 Mei 1938) secara resmi Indonesia belum lahir, karena resminya Indonesia dilahirkan melalui Proklamasi Kemerdekaan yang dibaca pada tanggal 17 Agustus, 1945, sebagai sebuah Repoeblik yang merdeka dan berdaulat.
Indonesia itu sebenarnya sudah ada secara mental dan telah dikenalkan kepada umum pada tanggal 1928 oleh Wage Rudolf Soepratman. Berikut ini ada di WIKIPEDIA: Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.
Waktu saya berumur tiga bulan, beliau ini wafat. Wage Rudolf Soepratman ini meninggal dunia di kota Soerabaia pada usianya yang masih muda belia, 35 tahun (lahir pada 9 Maret, 1903 dan meninggal dunia pada 17 Agustus, 1938).
Tujuh tahun setelah Wage Rudolf Soepratman wafat, Repoeblik Indonesia berdiri melalui sebuah perjoeangan yang panjang dibawah opresi pemerintahan penjajah belanda. Ayah saya Doel Arnowo (lahir 1904) sempat dipenjarakan dua kali selama terjun ke dalam gerakan perjoeangan untuk menuju ke kemerdekaan Indonesia. Salah satu dari “kesalahan” ayah saya adalah karena menerbitkan sebuah Kamoes Politik yang berjudul Kamoes Marhaen. Beliau ditangkap dan diadili oleh pengadilan penjajah belanda, dimana hakimnya, jaksa dan polisinya yang berada di dalam ruang pengadilan adalah teman-teman yang dikenal pribadi oleh ayah saya. Vonisnya adalah dua setengah tahun lamanya. Mereka ikut belanda, dan ayah saya adalah pejuang kemerdekaan. Berseberangan cara hidup. Penjara yang dihuni ayah saya di Soerabaia adalah Penjara Kalisosok dan untuk kasus yang lain dipenjara di kota Bandung adalah Penjara Soeka Miskin. Di dalam penjara Soekamiskin inilah ayah saya pernah satu sel dengan Meester Amir Sjarifoeddin dan sempat menjadi teman yang akrab. Sampai akhir hidup ayah, beliau mempercayai bahwa tidak mungkin Pak Amir Sjarifoeddin ini berhaluan komunis. Beliau adalah Menteri Pertahanan di dalam Kabinet Pertama Pemerintah Repoeblik Indonesia, dihukum mati tanpa pengadilan pada peristiwa Madioen di mana PKI dituduh memberontak dibawah pimpinan Moeso yang kembali pulang dari Russia. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ayah saya menjadi Ketoea KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) untuk wilayah Jawa Timoer dan kemudian menjadi Wakil Gubernur Jawa Timoer. Gubernoernya pada waktu itu adalah R.M.Soerjo bekas Boepati Bojonegoro, beliau wafat dibunuh pada kerusuhan Madioen di desa Mantingan, di mana didirikan patung untuk menghormati jasa-jasa beliau. 
Perlu saya berikan keterangan mengapa saya menuliskan belanda menggunakan huruf kecil saja. Hal itu saya lakukan semata-mata sebagai protes pribadi saya, oleh karena sampai dengan tulisan ini saya selesaikan, pihak pemerintah belanda belum mengakui kemerdekaan Repoeblik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus, 1945.  Selain menulis belanda dengan huruf b kecil, saya sudah berjanji tidak akan mau menginjakkan kaki saya di tanah negeri penjajah balanda, sampai pengakuan Proklamasi Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, diumumkan secara resmi dan internasional, disertai dengan permintaan maaf kepada seluruh bangsa Indonesia. Seperti diketaui, belanda dengan organisasinya yang bernama NICA (Nederlandsche Indische Civil Administratie) setelah pihak Militer Jepang menyerah kepada Militer Sekutu (America, Inggris dan sektu-sektunya termasuk belanda), belanda merasa kembali ke Hindia belanda yang telah dijajahnya selama lebih dari tiga setengah abad. Jalan pikiran belanda adalah, bahwa daerah kekuasaan Hindia belanda itu masih utuh dan intact milik belanda. Meskipun Sekutu telah meninggalkan Indonesia tetapi belanda tetap ingin bercokol dan memerintah daerah yang dikenalnya dulu sebagai Hindia belanda meskipun telah diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat ini mestinya sudah berlaku semboyan revolusi kita yang terpampang di mana-mana: Never Again Repoeblik Indonesia Will Be The Life Blood Of Any Other Nation. Tetapi belanda telah meng-agresi negara kita secara semena-mena, tanpa perikemanusiaan.
Berkat kelihaian dan keterampilan para pemoeda pejoeang yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta, mereka berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Begitulah Pemerintah Repoeblik Indonesia berdiri dan mengumumkan Undang-Undang Dasarnya hanya dalam tempo satu hari saja, yakni pada tanggal 18 Agustus, 1945. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia telah memulai mengisi kemerdekaan ini dengan sebuah peperangan melawan agresi belanda yang kekuatan militernya jauh lebih besar dan hebat, tanpa banding. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia menyebut belanda melakukan agresi, sedang Nica (sampai dengan hari ini, pemerintah belanda juga) mengatakan bahwa itu adalah aksi polisionil dalam upayanya  memberantas para bandit dan teroris. Yang disebut bandit adalah Bung Karno dan Bung Hatta berikut tokoh-tokoh lain bangsa Indonesia, serta para teroris adalah rakyat pejoeang gerilya dan tentara kita.
Protes pribadi itu, saya wujudkan dengan keikut sertaan pada waktu umur saya sudah mencapai 70 tahun, dalam sebuah demonstrasi ke Kedutaan Kerajaan belanda di Jalan Rasuna Said, Jakarta bersama-sama puluhan para pendukung KUKB ( Komisi Utang Kehormatan Belanda). Waktu itu juga ikut serta para korban yang masih hidup (survived victims) sebagai akibat penembakan semena-mena tentara belanda di desa Rawagedeh, tidak jauh dari Jakarta. dan membunuh semua laki-laki dan beberapa anak-anak laki-laki sebanyak lebih dari 400 orang.
Orang-orang Indonesia yang ikut belanda disebut dengan sebutan populer: Kaum CO (cooperative) dan yang setia kepada Repoeblik disebut: Kaum NON (non cooperative). Kaum Co ini demikian memujanya kepada berlanda, melupakan penderitaan nenek moyang kita dan pengorbanannya. Kaum Co itu tidak pernah mau menyadari bahwa kebesaran Indonesia itu sudah ada sejak dahulu kala dan belanda itu tetap kecil sampai hari ini. Lihat data di bawah ini yang saya kutip dari CIA The World Factbook yang memunculkan data tahun 2009 sebagai berikut:    

Belanda    :        41,543  Kilometer persegi        land: 33,893 sq km  water: 7,650 sq km
                                                                                 Population: 16,715,999 (July 2009 est.)
                                                                                  country comparison to the world: 59

Indonesia  :  1,904,569  Kilometer persegi       land: 1,811,569 sq km  water: 93,000 sq km
    Population: 240,271,522 (July 2009 est.)
                                                                                country comparison to the world: 4

Panjang Pantai (Coastline) belanda : 451 Kilometer dibanding Indonesia : 54,716 km
Panjang Ekuator :  40,075,016.686 kilo meter
Panjang Pantai Indonesia dibandingkan dengan panjang khatulistiwa (equator) lebih panjang sepanjang 14,641 (empat belas ribu enam ratus empat puluh satu) Kilo Meter. Pantai Indonesia ini terbuka sepanjang hari, selama seminggu dan sepanjang bulan serta sepanjang tahun, untuk menunjang penghidupan ekonomi manusia Indonesia. Ingat bahwa tidak semua negara mempunyai fasilitas seperti ini, Kanada mungkin hanya tiga empat bulan saja pantainya yang lebih dari 202.000 Kilo Meter itu bisa dikunjungi kapal, di luar itu hampir selalu tertutup oleh salju dan es. Meskipun demikian besarnya perbedaan panjang pantai Kanada dengan Indonesia ternyata total panjang pantai Indonesia itu nomor dua setelah Kanada seperti dalam daftar yang ada, dengan catatan panjang pantai negara Cile yang masih belum jelas.

Apa sebab saya kemukakan data-data di atas??
Itu semua akan membantu mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah hebat dan lapangan kerja masih mungkin sekali diciptakan dan dikerjakan di daerah lautan yang luas ini. Perlu anda ketaui bahwa hak-hak bangsa Indonesia ini telah diakui secara Internasional sebagai penguasanya dan pengelola lautan yang berada di dalam dan yang berada di sekelilingnya. Harapan saya dan ambisi pribadi saya pada saatnya nanti lautan akan menjadi sumber kehidupan rakyat banyak.
Dalam kurun waktu setahun terakhir ini saja bertemu dengan orang-orang Indonesia yang masih lebih mengagungkan belanda daripada Tanah Airnya sendiri. Saya mengetaui bahwa itu adalah hak dia bersikap seperti itu, saya hanya amat merasakan terheran-heran tidak habis-habisnya.
Saya juga menyadari bahwa dendam itu tidak baik dan menggerogoti jiwa raga, akan tetapi bagi saya Indonesia sudah sepatutnya bangun dengan kekayaan alam dan sumber daya yang luar biasa besarnya. Sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya sungguh amat besar. Sumberdaya alamnya berkualitas tinggi karena bisa digunakan utuk membantu negara lain, seperti nyata terlihat saat ini, menjadi hidup berkualitas dan berkelanjutan. Sayangnya sumberdaya manusianya sedang porak peranda saat ini, karena kita telah sengaja atau tidak sengaja kehilangan identitas dan penurunan tingkat moral; jelas kita tidak boleh abai.
Kualitas kepandaiannya tidak kalah dengan manusia dari bangsa lain, akan tetapi kualitas moralnya masih banyak yang sangat rendah. Yang berkualitas rendah biasa saja, sudah meluas kearah para penyelenggara Negara. Ini memalukan, akan tetapi tidak perlulah kita menyembunyikannya sebagai fakta dan data. Itu semua adalah fakta dan harus kita benahi. Mari kita hadapi dan cepat meggunakan akal kita masing-masing agar kita bisa lebih baik dari keadaan terpuruk saat ini.
Hiduplah lebih sederhana dan jangan terlalu mengerjakan yang muluk-muluk yang di luar jangkauan. Kekuatan kita adalah sumber daya yang akan menyelamatkan diri kita sendiri, bukan orang lain.
Tidak mungkin keadaan yang memilukan ini akan berlangsung secara terus menerus dan saya percaya semua hal di dunia ini ada akhirnya. Jaman karut marut inipun suatu saat akan berakhir dan Indonesia akan jaya. Mungkin sekali saya tidak akan mengalami hal itu secara fisik, karena saya mungkin sudah tiada dari Planet Bumi.

Anwari Doel Arnowo
1 April, 2010







Sunday, March 28, 2010

Kalau pemerintah tidak sanggup, minta saja bantuan para superhero ini

Anwari Doel Arnowo – 28 Maret, 2010
A N O M A L I


Saya sering bilang bahwa warganegara yang baik adalah yang tidak melanggar undang-undang apapun dan telah membayar pajak. ITU SAJA.
Jangan marah, ingatlah itu hanya kata saya, lho, anda boleh berkata lain ..

Ikut pemilihan umum?? Nggak mau
Ikut rapat Erte dan Erwe? Nggak mau
Patriotisme?? Apa yang diperjuangkan??

Pernahkah berniat menjadi warga negara lain, itu kan tidak salah dong ….
Sudah menjadi warganegara lain, tetapi masih pemegang Paspor Garuda Pancasila? Itu melanggar Undang-Undang Republik Indonesia tetapi tidak melanggar Undang-Undang negara lain itu, karena di sana boleh menjadi pemegang paspor ganda. Sukarlah untuk dibantah bahwa ada banyak keuntungannya berstatus seperti ini. Saya pernah menulis dan mengusulkan agar Negara kita membolehkan kewarga-negaraan ganda, dan pemikiran saya itu amat berpusat kepada para TKW  (Tenaga Kerja Wanita). TKW terbukti tidak mendapat perlindungan karena statusnya sebagai foreigner (orang asing), imigran dan pekerja yang campur aduk serta tumpang tindih. Mengadu ke dewan perwakilan kita atau mengadu ke Kedutaan dan Konsulat Jenderal?
Ya, itu kan teori saja. Kenyataannya apa?
Keberadaan mereka bekerja dan di mana saja banyak yang tidak diketaui detailnya.

Begini Bung:
Sementara ini  mari kita bicarakan apa saja yang ada di atas itu.
Pemilihan Umum?
Memilih “wakil rakyat” adalah kerancuan pendapat yang morat-marit. Mungkin karena adanya Partai Politik  itulah, maka putuslah banyak bagian hubungan Rakyat dengan dpr, dengan pemerintahan dan sumua ini demi demokrasi, demos dan kratos. Lihat Wikipedia yang saya kutip sebagiannya:  which was coined from δμος (dêmos) "people" and κράτος (krátos) "power", in the middle of the fifth-fourth century BC to denote the political systems then existing in some Greek city-states. Bukankah sudah sering dimunculkan istilah yang saya mulai menggunakannya pada kira kira-sekitar sepuluh tahun yang lalu dengan menuliskan secara “mengejek” dan bersifat menyindir keras serta melecehkan menjadi: DEMOCRAZY. Sekarang semua sudah menggunakannya dan kelihatannya makin lama makin benar. Bukankah Winston Churchill sendiri mengatakan bahwa Demokrasi itu adalah yang paling baik karena belum ditemukan yang lebih baik bila dibandingkan cara demos μος) mengatur kratos (κράτος) nya saat itu dan juga saat sekarang???? Tau apa yang baik dan apa yang tidak baik dari demokrasi?
Alaaa, saya pikir anda semua akan bosan mendiskusikannya. Saya beri saja contoh.
Saat ini di Amerika Serikat saja banyak lobby perusahaan farmasi dan asuransi terasa amat kuat di parlemennya sehingga diskusi mengenai undang-undang kesehatan saja memakan waktu lebih dari setengah abad lamanya dan baru berhasil ditandatangani pada beberapa hari yang lalu, waktu Presidennya adalah orang yang bekulit berwarna untuk pertama kalinya. Jadi rancu kan kalau disebut bahwa Vox Populi itu Vox Dei, yang disebabkan oleh karena kehadiran perusahaan-perusahaan yang besar-besar itu?? Di Indonesia pun yang menurut beberapa LSM bahwa dasar-dasar penerbitan undang-undang yang ada memang mengacu kepada konsep impor entah dari Amerika atau dari Eropa. Mana otak-otak cemerlang bangsa Indonesia kok sampai terjadi yang begini??
Tidak melanggar Undang-Undang saja memang bagus, tetapi ada juga yang terkenal  dengan sebutan Undang-Undang yang Tidak Tertulis atau Tidak Memasyarakat misalnya: kode etik, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan. Yaaa, begitulah …. namanya saja tidak tertulis. Yang tertulis saja banyak dilanggar, malah oleh para penegak hukum sendiri:  polisi, kejaksaan, kehakiman dan dpr, mahkamah agung, semua secara sengaja saya tulis dengan menggunakan huruf-huruf kecil sebagai “penghormatan” (??) yang tidak terlalu tinggi. Ya, mereka ini justru sumber dari banyak kesemerawutan hukum.  Masa sih malah Presiden pun merasa perlu untuk ikut-ikut dengan membentuk SATGAS (ANTI)MAFIA HUKUM . Begitu banyak Lembaga dan Komisi, eh malah ada Satgas lagi?? Anda akan melihat bahwa organisasi pemerintah terlihat amat tambun, gemuk dan meluberi sekelilingnya sehingga tidak mangkus(efficient atau tepat guna). Kita semua maklum bahwa penduduk Indonesia ini waktu Proklamasi dibacakan, hanya sekitar 70 jutaan dan sekarang sudah menjadi lebih dari tiga kali dari jumlah waktu itu. Tetapi saya pikir Kabinet dan aparatus pemerintah mungkin kurang perlu ditambah. Bukankah ada peralatam elektronik, semacam komputer, yang bisa amat membantu?? Jangan bandingkan dengan jumlah pegawai negeri per jumlah penduduk yang dimiliki oleh negara lain dengan Indonesia. Itu masih banyak errornya, karena jelas seperti bisa dilihat dari bandingan ethos kerja, efisiensi dan masalah kejujuran. Saya merasakan bahwa beban manajemen pemerintahan itu amat berat di bagian atas, yang secara akal sehat sebaiknya malah seperti piramid bentuknya.
Erte dan Erwe? Ini sebenarnya timbul dari sebuah sistem yang dilakukan pada jaman Pendudukan Tentara Kekaisaran Jepang, sebelum Republik Indonesia dibentuk melalui pembacaan Proklamasi Kemerdekaan  pada 17 Agustus, 1945. Dalam masa itu dikenalkan yang disebut sebagai Tonari Gummi, atau Persatuan Tetangga, oleh karena Tonari itu dalam bahasa Jepang berarti Tetangga dan Gummi berarti Persatuan. Dari sinilah sepengetauan saya itu Erte atau RT atau Rukun Tetangga itu berkembang dan ada hanya terdapat di Indonesia. Apakah ini memang amat membantu Kelurahan dan atasannya? Saya ragukan, meski saya cukup lama pernah menjadi Ketua Erwe di Jakarta Selatan. Itu membuka ketidak-mangkusannya pemerintahan dalam mengelola masalah yang mengenai kependudukan. Di negara lain, orang mengurus keabsahan  kependudukannya, langsung berhubungan dangan Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah, seperti pernah saya alami di Tokyo, Jepang dan di Toronto, Kanada.
Di Jakarta Erte dan Erwe mendapat “honorarium” sekitar 4 ratus ribu Rupiah sebulan  dari pemerintah DKI Jakarta. Apakah DKI memang masih perlu mendistribusikan limpahan  pekerjaan dan juga limpahan kerepotan kepada “instansi” seperti Erte dan Erwe??
Semalam adalah bagian dari satu hari kemarin, tanggal 27 Maret, yang disebut dengan Earth Hour, yakni pada pukul 20:30 sampai 21:30, saya berada di salah satu gedung terkenal dengan nama FX di Jalan Sudirman, Jakarta. Gedung itu penuh cahaya gemerlap, gegap gempita suara yang menggunakan alat pengeras audio sampai pekak rasanya telinga para pengunjung gedung termasuk diri saya.
Earth Hour? mematian listrik? Kan kita membayar? Kenapa sih itu?  
Persetan ah, karena sekeliling Jakarta Pusat itu hampir semuanya menggunakan listrik dengan leluasa, bebasss, bbaaaassssss …. . Ini bukan Jakarta saja. Di Vancouver, British Colombia, Kanada, lampu seluruh ruangan di dalam sebuah gedung tetap terus menyala sepanjang malam, meskipun hal itu saya yakini, karena saya mengamati menggunakan keiker, looking glass, meneropong gedung tersebut pada pukul dua pagi hari. Jelas tidak ada yang bekerja di dalamnya waktu itu. Ehhh, ternyata hampir seluruh gedung dan  perkantoran di sana tidak dipadamkan lampunya sepanjang malam.
Semoga sekarang sudah ada kesadaran dan ada perbaikan sikap.
Kalau kita membaca headlines saja di media, cetak maupun elektronik, kita bisa merasakan banyaknya anomali dan deviasi serta kerancuan di dalam tata cara dan pada pengaturan hidup bersama. Saya tengarai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita, banyak hal yang harus dibenahi secara mendasar. Yang utama saya ingin dikembalikan kebenarannya yang hakiki, yaitu bahwa pegawai negeri itu adalah pegawai yang  mengabdi serta melayani Rakyat Indonesia. Itu HARUS. Para pegawai negeri ini sama sekali bukan elite, bukan kelas yang harus dihormati dan dipuja oleh penduduk. Kehormatan harus dihasilkan dari ketekunan bekerja, kerapian dan juga keniscayaan tata cara yang baik dan jujur. Bukan kalau menjadi bupati dan orang mesti merunduk ketakutan seperti terhadap bupati pada jaman kolonialisme belanda. Bupati dan pejabat-pejabat lain adalah sesungguhnya abdi rakyat, pegawai, punggawa serta kaki-tangan serta hamba Rakyat Indonesia. Hormatlah kepada rakyat, karena kasarnya, pegawai negeri dibayar gajinya oleh uang yang berasal dari  Pajak yang dibayar oleh seluruh penduduk Indonesia. Tiap orang yang melakukan transaksinya yang dikenai pajak, berarti membayar pajak. Mulai beli permen, rokok dan obat serta bensin, tahu tempe dan sayuran, bahkan beras. Janganlah rakyat itu diberi perlakuan sebagai hamba sahaya, sebagai subject seperti sudah biasa disitilahkan oleh sebuah kata sebagai pengganti pengertian rakyat di dalam bahasa Inggris.
Sekarang Patriotisme?
Kita ini bisa disebut sebagai patriot, apabila demi membela kepentingan bersama dalam berbangsa dan bernegara, menghadapi unsur atau serangan dari luarnya. Tetapi sungguh kasat mata kita ini sedang dalam tahap yang amat parah kerena berhadapan dengan musuh yang berwujud bangsa sendiri. Teroris? Yang berisik menyebut soal terror adalah Amerika Serikat dan terorisnya adalah orang yang beragama Islam serta ada di mana-mana termasuk di Indonesia sendiri. Kita telah memberikan kelonggaran kepada teroris untuk membunuh bangsanya sendiri. Teroris kita adalah jago kandang. Membunuh sanak saudara sendiri, kawan sendiri, bangsa sendiri. Apa hasilnya?? Jelek, dan jelek sekali hasilnya. Kita tidak bersatu oleh karena dipecah-pecah oleh issue-issue macam-macam dari yang kelas intel melayu dan kelas CIA mengenai agama-agama dan macam-macam kepercayaan serta politik-politik busuk yang teramat labil.
Bukankah mendirikan sebuah partai politik itu bertujuan mengumpulkan orang-orang yang sepaham dan sependirian mengenai demokrasi? Beberapa hari yang lalu saya membaca sekelumit berita, entah benar atau tidak benar, yang menyebutkan bahwa kalau Puan Maharani diposisikan sebagai anggota Kabinet, maka PDI akan mau berkoalisi dengan lawannya saat ini: Partai Demokrat. Kalau ini benar, sungguh amat amat amat mengecewakan. Nama partainya yang satu menggunakan kata Demokrasi dan yang satunya kata Demokrat?! Apa sebab perlu bekoalisi?
Ukurannya hanya posisi memteri??
Ah, masa sih??
Saya ulangi: ajarilah bangsa dan rakyat kita ini bekerja dan fasilitasi batas-batas dan cara-cara bekerjanya agar tidak diganggu oleh birokrasi (crazy juga? Bureaucrazy?) yang melekat di kalangan para pegawainya yang disebut dengan istilah pegawai negeri. Kalau semua lapisan bisa bekerja dengan nyaman maka akan tercipta pajak-pajak yang lebih banyak, dan itu berarti lebih bisa menaikkan pendapatan para pegawai negeri juga. Jangan industri rumah dibebani dengan pajak-pajak terlalu dini yang belum tentu akan menunjang penerimaan pajak, karena industri-industri seperti ini memerlukan waktu untuk bisa tegak berdiri dan siap membayar pajak. Janganlah dari setingkat ijin yang berasal dari RT dan RW saja sudah mengeluarkan biaya, apalagi di tingkat Kelurahan dan Kecamatan serta Polsek. Ampun deh mengusutnya.
Jangan juga apa yang telah saya kemukakan ini ditanggapi dengan bantahan-bantahan, nanti tidak akan ada habisnya kita berbantah dan lupa berproduksi serta berpeluang bekerja mencari nafkah yang halal.

Anwari Doel Arnowo
3/28/2010 2:06:11 PM







Monday, March 15, 2010

Masa Tua Akan Renta Tak Berdaya?? BELUM TENTU !!

Anwari Doel Arnowo - 15 Maret, 2010

DEMOGRAFI DUNIA 

Saya sampaikan copy paste tulisan ARIS ANANTA yang seorang Ekonom sebagai bacaan awal yang dimuat di koran Seputar Indonesia hari ini, 15 Maret, 2010. Sebagai tambahan juga saya sampaikan tulisan saya sendiri berjudul Enam Puluh Lima yang saya tulis di Singapura pada tanggal 29 Juni, 2009 yang adalah sebagai lanjutan atas tulisan saya sendiri berjudul Sixty Five pada tanggal 12 Desember, 2006 yang saya tulis di Toronto, Kanada.
Ketiga tulisan ini saya tampilkan dengan judul baru Demografi karena erat berhubungan satu sama lain


Ledakan Penduduk Lansia,Krisis Keuangan,dan Kesejahteraan
ARIS ANANTA
Ekonom

Sunday, 14 March 2010

Sepintas judul di atas mungkin tampak aneh.Pertama,kenapa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) meledak? Seperti balon yang terus mengembang dan terbang tinggi, akhirnya meledak dan kempes,jatuh ke bawah.

Kedua, apa hubungannya dengan masalah keuangan,apalagi krisis keuangan? Bukankah para lansia tidak punya uang. Kalaupun punya, uangnya sudah tidak banyak. Bagaimana para lansia dapat menyebabkan krisis keuangan global? Pada era 1960-an,1970-an,hingga 1980-an, dunia dicemaskan dengan laju pertumbuhan penduduk yang meningkat cepat.Peningkatan ini akibat tingginya angka kelahiran. Jumlah anak-anak dan penduduk muda meningkat dengan cepat.

Mereka ini sudah bisa mengonsumsi tapi belum berproduksi. Negara- negara di dunia, termasuk Indonesia mencemaskan pembiayaan yang timbul akibat peledakan jumlah anak-anak dan penduduk muda ini. Akhirnya dunia memilih keluarga berencana sebagai salah satu cara untuk mengatasi peledakan penduduk, persisnya peledakan jumlah penduduk muda. Dengan program keluarga berencana, pemerintah memperkenalkan bahwa kelahiran dapat diatur dan bahwa keluarga kecil adalah keluarga bahagia.

Di banyak negara program keluarga berencana telah berhasil menurunkan angka kelahiran.Bahkan, saat ini banyak negara telah mencapai below replacement level. Artinya, kalau angka kelahiran ini dipertahankan terus dalam waktu 30–40 tahun, jumlah penduduk akan berkurang. Pertumbuhan jumlah penduduk menjadi negatif. Indonesia telah mencapai below replacement level pada awal 2000 atau mungkin saat ini, pada periode 2005-2010.

Artinya, kalau angka kelahiran bertahan di below replacement level terus,jumlah penduduk Indonesia akan berkurang pada 2045 atau 2050. Apa artinya? Selain angka kelahiran yang rendah,angka kematian pun menurun. Angka harapan hidup semakin tinggi.Yang lahir makin sedikit yang hidup pun hidup lebih lama.Akibatnya,jumlah penduduk lansia meningkat dengan cepat dan makin cepat.

Terjadilah peledakan jumlah penduduk lansia. Indonesia mungkin akan merasakan dampak peledakan jumlah penduduk lansia ini pada 2020 atau 2025. Saat itu di mana-mana kita akan berjumpa dengan penduduk lansia, seperti pada era 1960-an ketika era baby boom,jumlah anakanak yang banyak. Mengapa meledak? Seperti halnya dengan anak-anak dan penduduk yang masih muda, penduduk lansia ini juga mengonsumsi dan tidak berproduksi.

Ini dapat menjadi beban generasi muda dan pemerintah untuk membiayai jumlah penduduk lansia yang terus meningkat dengan cepat. Konsumsi makan mereka mungkin hanya sedikit dibandingkan dengan yang muda.Tetapi,bila mereka sakit-sakitan dan hidup lama, maka biaya untuk mengurusi mereka akan jauh lebih besar daripada mengurusi yang anak-anak atau penduduk muda.

Di negara yang sudah maju,para lansia telah diperhatikan oleh pemerintah. Di Belanda misalnya, terdapat sistem pensiun yang sangat bagus untuk para lansia.Uang diambil dari pajak yang dibayarkan oleh mereka yang masih bekerja,mereka yang masih muda. Ketika jumlah penduduk lansia belum banyak sistem ini dapat berlangsung lancar.

Namun,ketika jumlahnya semakin banyak dan hidupnya makin lama, artinya jumlah pensiunan juga meningkat cepat.Pemerintah kesulitan mendapat uang untuk membiayai para lansia ini. Kesulitan dalam anggaran pemerintah ini telah dialami banyak negara, seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Hal ini menyebabkan defisit anggaran pemerintah.

Karena jumlah lansia ini terus meningkat dan hidup lebih lama,maka defisit ini bisa terus bertahan dan meningkat. Ini ditambah lagi dengan sistem keuangan dunia yang penuh spekulasi. Defisit anggaran di negara maju akibat peledakan jumlah penduduk lansia ini menjadi salah satu penyebab utama krisis keuangan global jilid II. Dampak krisis ini dapat lebih parah dan terjadi pada waktu yang lebih lama.

Sementara negara yang belum maju, seperti Indonesia, belum mempunyai sistem pensiun yang intensif seperti di negara maju.Para lansia di Indonesia harus membiayai hidup mereka sendiri. Hal ini “menguntungkan” pemerintah karena tidak menyebabkan ancaman yang serius akibat defisit anggaran gara-gara peledakan jumlah penduduk lansia.

Oleh sebab itu, bagi negara seperti Indonesia, peledakan jumlah penduduk lansia tidak akan menjadi ancaman serius terhadap anggaran pemerintah. Saat ini kita menyaksikan betapa Yunani kesulitan dengan anggaran pemerintah.Apakah Yunani akan dibiarkan bangkrut atau akan ada pertolongan dari Uni Eropa atau IMF? Bagaimana dengan negara lain yang juga mengalami defisit anggaran yang serius,seperti Portugal, Spanyol,dan bahkan Inggris dan Jepang?

Masalah utang Dubai juga belum terselesaikan. Bersamaan dengan itu, beberapa negara mengalami “kepanasan ekonomi” yang bila tidak segera didinginkan dapat meledak. China dan Vietnam adalah beberapa contoh negara yang sedang mengalami “kepanasan ekonomi” tersebut. Krisis ekonomi global jilid II tampaknya memang juga akan bermula dari negara maju, seperti krisis keuangan global 2007–2008 lalu.

Walau begitu, negara berkembang, termasuk Indonesia akan terkena dampaknya. Itu sebabnya Indonesia perlu bersiap diri menghadapi kemungkinan krisis ekonomi tersebut. Tetapi, apakah negara berkembang seperti Indonesia dapat tetap “lepas tangan” pada kesejahteraan penduduk lansia yang juga akan segera meledak? Di Indonesia, penduduk lansia akan me-ledak sesudah 2020 atau 2025.

Sebagai negara demokrasi, lepas tangannya pemerintah pada ke-sejahteraan para penduduk lansia akan dibayar dengan biaya politik yang mahal. Penduduk lansia pada 2020 ke atas adalah penduduk lansia yang makin berpendidikan dan memiliki aspirasi yang tinggi. Kalau mereka tidak puas, mereka akan “menghukum” pemerintah lewat pemilihan umum di tingkat nasional maupun lokal.

Mereka pun akan melakukan demonstrasi: tidak harus turun ke jalan tapi bisa memanfaatkan media digital. Sudah saatnya mulai sekarang, pemerintah mempersiapkan diri menghadapi serbuan penduduk lansia. Dapatkan pemerintah memanfaatkan penduduk lansia sebagai aset pembangunan? Dapatkah yang muda dan yang tua bekerja sama untuk kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat, tidak pandang usia?

Kepandaian pemerintah untuk memanfaatkan serbuan para lansia ini akan sangat menentukan kesejahteraan seluruh penduduk Indonesia setelah 2025.Kalau perhatian tidak dilakukan sejak saat ini, generasi yang sekarang muda akan merasakan dampaknya pada masa depan,ketika mereka menjadi lansia. Generasi yang baru lahir atau akan dilahirkan akan menderita karena mereka harus menanggung beban berat karena meledaknya jumlah penduduk lansia.(*)

ARIS ANANTA
Ekonom

============================

Anwari Doel Arnowo
             Enam Puluh Lima
29 Juni, 2009


Tiga tahun (12 Desember-2006) yang telah lampau saya menulis seperti saya cantumkan pada bagian bawah dari tulisan yang ini, berjudul sixty five. Kali ini saya ingin menunjukkan perihal apa yang akan terjadi bila peledakan jumlah penduduk dunia, yang  menyebabkan setidak-tidaknya akan mempunyai pengaruh besar terhadap kondisi mereka yang usianya 65 tahun atau lebih. Pada awal abad ini perkiraan jumlah penduduk dunia adalah di sekitar angka enam miliar jiwa. Yang mengerikan adalah akan adanya perkiraan, bahwa pada akhir abad ini, jumlah penduduk dunia akan naik drastis lebih dari seratus persen, yakni akan mencapai empat belas miliar jiwa. Semua orang pasti segera berpikir bagaimana cara terbaik agar mampu mengakomodasi sekian banyak manusia tambahan lagi, sedang ruang kehidupan di Planet Bumi kita, tidak bertambah. Luas tanah tempat berpijak manusia hidup, termasuk kuburannya, tidak bertambah.
Semua ahli lingkungan dan kependudukan hampir serempak mempercayai bahwa luas permukaan tanah justru akan berkurang. Saat inipun tanda-tanda yang menunjukkan perubahan ke arah itu sudah nyata-nyata terlihat. Permukaan air laut hampir di seluruh dunia sudah mulai naik.

30an tahun yang lalu saya mendapatkan info yang memberitaukan  bahwa kota Bangkok mengalami penurunan permukaan tanahnya sekitar dua sentimeter per tahun. Terlihat waktu saya menyaksikan sendiri, bahwa banyak anak tangga bangunan untuk pemujaan, terbuat dari batu, sudah pecah-pecah di banyak tempat. Tidak lupa Jakarta sekarangpun (mungkin sejak sepuluh tahun terakhir) sudah mengalami penurunan permukaan tanahnya sekitar satu sentimeter lebih setiap tahunnya. Ditambah dengan Global Warming Issue, sebagian besar Jakarta Utara akan berada dibawah permukaan air laut. Ancol dan Pulau Seribu: masih adakah??
Tahun lalu saya sudah menuliskan juga mengenai kepulauan Maldives (Maladewa di Selatan India), yang kondisinya sudah amat rawan karena ketinggian muka tanah di sebagian besar pulau-pulaunya yang banyak itu hanya tinggal kurang dua meter dari permukaan air laut. Presidennya yang baru terpilih, malah sudah aktif mencari alternatif untuk memindahkan lokasi negaranya ke tempat lain. Saya tulis dan mengusulkan agar Indonesia mulai berfikir untuk menyewakan pulau-pulaunya yang banyak itu kepada Maladewa, sambil menolong sebuah negara lain, juga bisa mendapat hasil yang baik bagi negara kita. Bukankah Hong Kong yang disewa oleh Inggris dari China telah dikembalikan dengan aman setelah seratus tahun lamanya disewa? Apa yang menjadi penghalang, kalaupun ada, bilamana Indonesia menyewakan sebagian pulau-pulaunya kepada Maladewa? Akhir-akhir ini semua orang membaca bahwa dengan kondisi lingkungan di Planet Bumi demikian memburuknya, diramalkan bahwa sebanyak tiga ribu pulau di dalam wilayah Indonesia akan tenggelam, karena muka air laut akan bertambah tinggi di seluruh dunia. Kalaupun hal itu terjadi, bukankah Indonesia masih mempunyai lebih dari sepuluh ribuan buah pulau.
Itu semua menyangkut fakta-fakta yang kurang menyenangkan dari tempat tinggal kita yang telah kita diami sekian ratus ribu tahun sejak ada perkiraan, bahwa jenis makhluk yang bernama manusia itu mulai berjalan dengan dua kakinya, dari Afrika Selatan, sekitar  800.000 tahun yang lampau.
Perkembangan jumlah jiwa manusia itu pada awal 1800an dikirakan hanya sebanyak satu miliar manusia berkembang menjadi tiga miliar jiwa pada awal 1900an dan saat ini menjadi enam miliar jiwa. Pada akhir tahun 2999an nanti maka perkiraan akan memunculkan angka sekitar empat belas miliar jiwa.
Sekarang sudah banyak kepala negara yang mulai khawatir mengenai demografi, sebahagian dari ilmu sosiologi yang mempelajari karakteristik dari kependudukan manusia di dunia.
Senior Mentor Minister Lee Kuan Yew mengatakan: kalau sikap wanita Singapura yang sekarang cenderung tidak mau menikah dan demikianpun para pemuda pelajarnya yang belajar ke dan di luar negeri, condong tidak mau kembali ke negerinya, menyatakan dan  mengkhawatirkan penduduk “asli” mayoritas yang sekarang masih ada, akan punah pada tahun 2050an. Beliau menjuluki keadaan itu sebagai The Last Mohicans, nama suku Indian di Amerika yang telah punah.
Yang mungkin lebih parah dari keadaan ini adalah fakta lain dari demografi: PENDUDUK DUNIA yang berumur enam puluh lima tahun ke atas, pada tahun 2050an, akan meningkat jumlahnya dengan luar biasa: TIGA KALI LIPAT dari sekarang. Di negara kita masalah ini belum menarik perhatian masyarakat. Apa pasal? Rupanya kaum yang sudah berusia enam puluh lima tahun atau lebih ini tidak merisaukan siapa-siapa, karena hubungan keluarga masih kental. Hal itu pada saat ini, bukan sesuatu beban yang amat   berat, terutama bagi negara kita. Indonesia belum pernah berpikir dengan serius untuk memberikan apa yang disebut Kesejahteraan Hari Tua bagi penduduknya yang telah masuk dalam kategori itu.
Pada waktu saya pertama-tama menjalani identitas saya selaku pemegang Kartu Permanent Resident di Toronto, pandangan mata saya mulai terbuka terhadap sesuatu yang baru bagi saya pribadi. Saya mendapat fasilitas selaku penduduk, bukan selaku warga negara yang manapun, sebagai seorang tua berumur plus 65 tahun, meskipun  saya masih sebagai pemegang Paspor Republik Indonesia, berupa diskon ongkos menjadi penumpang transportasi umum.
Saya membayar dua Canadian Dollar saja untuk semua resep yang saya terima dari dokter karena saya sudah termasuk dan disebut sebagai senior. Karena melebihi usia 65 tahun juga berhak atas kemudahan-kemudahan lain dalam memelihara kesehatan saya: gratis biaya konsultasi dan tindakan dokter serta penggunaan jasa alat pindai sesuai permintaan dokter, seperti CTScan, MRI atau Bone Scan serta semua fasilitas X-Ray. Biaya perawatan di rumah sakit juga gratis, termasuk tindakan-tindakan operasi penyakit atau sebagai akibat kecelakaan. Hal ini sungguh sulit bisa didapatkan di Indonesia, karena perusahaan asuransipun sudah sulit menerima manula di atas usia 60 tahun sekalipun. 
Di sekeliling saya banyak rumah orang-orang lanjut usia, bahkan banyak yang sekitar di atas delapan puluh lima tahun. Mereka ini hidup sendiri di unit-unit condo atau apartment yang mendapatkan  subsidi dalam menyewa, dari pemerintah Kanada. Masih banyak kemudahan lain yang saya terima selaku senior berusia di atas enam puluh lima tahun.
Semua hal ini juga mengundang pertanyaan di dalam hati saya, apakah alokasi biaya-biaya yang diperlukan untuk memelihara para senior, tidak memberati beban Pemerintah Negara Kanada? Ini semua saya selidiki, dan malah medapatkan pembuktian hal-hal yang tidak banyak diungkapkan di media. Apa yang saya dapat?? Saya juga menuliskan masalah ini, menunjukkan bahwa para senior ini yang bertempat tinggal di Propinsi Ontario saja, “menghasilkan” sebuah jumlah yang melebihi empat miliar Canadian Dollar. Angka apa itu??
Inilah kilas baliknya.
Para senior seumur saya itu karena sudah mendapat uang pensiun, tetapi karena ingin tetap aktif, maka mereka banyak sekali bekerja tanpa upah dan tanpa gaji. Pekerjaan apapun juga. Kerja sosial untuk publik, seperti kerja suka rela di perpustakaan, di rumah sakit dan klinik yang aktif dalam memelihara kesehatan penduduk, yang kalau saja gaji dan upahnya dibayarkan, maka akan membutuhkan uang yang jumlahnya empat miliar lebih dalam Candian Dollar tadi. Itu hanya di Propinsi Ontario saja.
Jadi hal itu adalah bukti sebagai kontribusi kaum tua yang tidak ingin menganggur saja, akan tetapi tetap aktif bekerja demi menjaga tingkat kesehatan yang mumpuni dan baik.
Mengangkat pelajaran dari hal hasil karya para senior yang terjadi di Ontario itu, saya yakin kita akan memperoleh solusi dari meningkatnya jumlah penduduk dunia dan juga meningkatnya jumlah orang tua senior, very senior dan para mereka yang disebut baby boomers (yang sekarang sedang berumur lima puluh tahunan ke atas). Mereka nanti kalau sudah menjadi senior, pasti ingin tetap aktif bekerja demi kesehatan yang prima, untuk itu mereka akan mau bekerja meskipun tidak setiap hari, asal ada kerja bermartabat, ada wibawa atau dignity, sesuai usia biologisnya.
Mereka bersedia menjadi pegawai suatu instansi yang bergengsi sesuai usianya. Dengan antisipasi akan banyak terciptanya gadget yang bisa membantu manusia secara fisik, maka kerja otot manusia akan terbantu. Robot-robot seperti inilah, yang prototypenya sudah banyak tercipta, akan tetapi secara komersial masih belum ekonomis secara komersial untuk dipasarkan kepada umum, tentu akan bisa diaplikasikan pada waktunya pada pertengahan abad nanti.
Saya pikir hal itu harus disiapkan pengejawantahannya oleh banyak pihak, agar semua pihak bisa bersiap diri dalam hidup bersama di atas Planet Bumi ini. Hidup damai dan nyaman. Tidak saling rebut-merebut kekuasaan, hidup dengan mengambil keuntungan karena adanya peperangan dan kekacauan politik dan perbedaan aliran kepercayaan. Satukan persepsi dan bersikaplah toleran terhadap sesama manusia hidup dan yang akan hidup di dunia. Kesenangan itu selalu ada akhirya berupa ketidak-senangan. Kalau kita hidup hanya mengejar kesenangan, dan melupakan bahwa segalanya mempunyai akhir, maka akan timbul sifat tamak, dan hidup mulai tidak akan nyaman lagi.
Senior itu bukan Askar Tak Berguna (istilah Malaysia). Yang dipunyai oleh kebanyakan senior adalah apa yang disebut wisdom dan biasanya belum dimiliki oleh kaum yang lebih muda.
Wisdom adalah sebuah keuntungan non fisik di dalam tubuh seorang yang sudah dinobatkan sebagai manula (manusia usia lanjut). Di dalam suatu keputusan yang penting, harus disertai dengan wisdom. Bila tidak ada wisdom dalam memutuskan sesuatu, maka akan terbit sebuah keputusan yang garing, seperti masakan yang hambar, seperti sebuah masakan yang kurang garam, atau semangkuk es campur tanpa sirop. Segar tetapi hambar.
Ah, itu mirip dengan apa yang juga terjadi dalam hubungan diplomatik Indonesia dengan Dunia Arab: CORRECT BUT COOL, tanpa cela tetapi hambar.
Daya-gunakalah para senior sejak sekarang, jangan diabaikan. Sebagian besar pemimpin dunia saat ini, tidak semuanya muda seperti Barack Obama yang belum lima puluh tahun. Lihat Queen Elizabeth II yang sudah berusia 80 tahun tetapi menjadi kepala Negara Inggris Raya. Beliau juga tetap menjadi Kepala Negara dari 15 lagi negara lainnya, seperti Australia dan Kanada dan lain-lain yang masih di dalam lingkungan Commonwealth.
Fidel Castro pun berhasil memimpin negaranya sampai usia lanjut seperti Elizabeth II. Masih banyak conto-conto lain yang patut sekali dicontoh oleh mereka yang masih muda.
Kalau seseorang dengan usia 80 tahun masih bisa memimpin sebuah negara atau enam belas buah negara sekaligus, maka pada seratus tahun sejak sekarang, apa yang bisa terjadi? Saya terdorong untuk berani meramalkan terjadinya sebuah susunan demografi yang tidak sama dengan sekarang, karena mungkin sekali:
1.   Manusia akan bisa mudah mencapai usia 100 tahun
2.   Kesehatan akan semakin lebih baik terpantau
3.   Jenis makanan sehat juga akan bisa diciptakan
4.   Dunia pengobatan juga makin canggih
5.   Peralatan alat bantu hidup manusia akan tercipta baik yang software (perangkat lunak) dan yang hardware (perangkat keras), seperti robot-robot dan peralatan yang membantu kemudahan hidup manusia.
Saya menyebutkan kurun waktu seratus tahun sejak sekarang, karena seperti dapat dihayati oleh semua orang, dalam mengamati apa yang telah terjadi sejak tahun 1900 sampai tahun 2000.
A.  Ada berapa negara baru berdiri ?
B.  Pesawat Terbang pertama sejak tahun 1904 dan terbang sejak 1911, bagaimana dengan pesawat ciptaan tahun 2000?
C.  Belum ada Televisi dan pada tahun 2000 telah merajai dunia informasi yang merambah dunia
D.  Dunia maya internet? Tak terkatakan kemajuannya.
Dan sebagainya dan sebagainya membuat daftar yang panjang.
Mari kita adakan perbaikan hidup kita secara fisik maupun secara mental agar seimbang dan menimbulkan rasa nyaman.
Anwari Doel Arnowo  - Singapura, 29 Juni, 2009



Anwari Doel Arnowo

Sixty Five
Toronto, Tuesday, December 12, 2006
 (E N A M   P U L U H    L I M A)

Anda tidak salah: enam puluh lima.
Yang kita ingin kemukakan disini adalah umur sixty five sebagai umur seorang boleh disebut senior atau umur batas di mana orang harus pensiun dan berarti berhenti dari pekerjaannya. Hari ini, 12 Desember 2007 adalah hari istimewa bagi orang yang senior, termasuk saya, karena seorang yang telah mencapai umur tersebut, dibolehkan tetap bekerja oleh undang-undang di Ontario.
Simak judul beritanya:
MANDATORY RETIREMENT COMES TO AN END TODAY IN ONTARIO, ALLOWING THOUSANDS CANADIAN TO WORK BEYOND THE AGE OF SIXTY FIVE. (Hari ini berakhir wajib masa usia pensiun yang berlaku selama ini, memungkinkan banyak warga Kanada untuk dapat bekerja meskipun telah  melampaui usia enam puluh lima tahun)
Pada Sub Judulnya juga ditulis seperti berikut;
1.   Let Individuals Decide When to Retire – Biarkan tiap orang menentukan kapan dia mau pensiun
2.   Ontario Bans Employers from Age-Related Lay-Offs - Ontario melarang majikan memberhentikan karyawan karena menyangkut masalah usia
3.   Ontario Human Rights Code Protects the Province 1.5 million Seniors - Hak-hak Azasi Manusia melindungi warga Ontario yang Senior sebanyak satu setengah juta jiwa
Ada juga judul dan gambarnya pak Professor Don Dewees, 65 tahun yang amat menyukai pekerjaannya dan termasuk salah satu dari mereka yang ingin terus bekerja nanti jauh melampaui umur pension yang lazim selama ini, yang berbunyi: Mereka tidak Membersihkan Mejanya (They ‘re not cleaning out their desks). Diperkirakan di Ontario tahun ini ada sekitar 4.000 orang senior yang menggunakan kesempatan baik ini. Mereka tetap bekerja.
Telah beberapa waktu lamanya sebuah surat kabar melakukan interview banyak senior, termasuk kaum immigrant. Mengapa kaum immigrant juga termasuk ini? Terbukti sekarang selain menjadi Pegawai negeri, kaum Immigrant ini telah dibolehkan juga untuk menjadi anggota Polisi. Ini suatu kemajuan besar, sebab sebelumnya hanya dibolehkan untuk yang sudah menjadi warga Negara saja.
Apa sebenarnya yang memicu dikeluarkan peraturan baru ini? Yang berikut adalah pertimbangan-pertimbangan yang saya tangkap dari suara-suara kalayak ramai, kalangan media dan bacaan dari informasi pemerintah:
1.   Sudah makin modern-nya ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi tanaman dan makanan
2.   Sudah makin majunya ilmu dalam ilmu pengetahuan dalam masalah kesehatan manusia dan makhluk pada umumnya
3.   Sudah tingginya kesadaran manusia, menuju lingkungan hidup yang sehat
4.   Para Pejabat Tinggi banyak yang sudah berusia lanjut dan masih sanggup bekerja dengan baik dan benar, seperti contohnya yang paling mudah: Ratu Elizabeth II yang usianya sudah mencapai 80 tahun dan masih menjadi Kepala Negara dari belasan Negara-negara independent, antara lain Kanada sendiri
5.   Dua Perdana Menteri Kanada yang terakhir berhenti pada usianya yang mencapai 71 dan 67 tahun
6.   Semakin banyaknya senior yang jauh melampaui usia 65, tetapi masih dapat bekerja dengan tekun dan aktif, terutama yang memimpin usahanya sendiri dan bukan digaji oleh Rakyat / Pembayar Pajak.
Beberapa konskuensi telah terjadi dan akan terjadi karena adanya peraturan baru ini. Demikian juga adanya suara yang menyatakan kurang setuju. Itu semua memang didengarkan dan diakui ada benarnya. Tetapi seperti tadi sudah dikatakan Ontario Human Rights Code melindungi para senior ini yang jumlahnya mencapai satu juta lima ratus ribu an di daerah Ontario ini saja. Suara tidak setuju ini disuarakan oleh kaum yang lebih muda yang mengkhawatirkan tentang lowongan pekerjaan yang tidak dapat mereka capai baik dalam hal tingkat kedudukan, maupun fungsi dalam tingkat kepangkatannya.
 Itu semua karena kaum senior tidak mau berhenti bekerja dan masih menduduki tempat-tempat penting. Mereka juga mengkawatirkan bahwa pada suatu saat akan besar sekali besarnya tunjangan pensiun yang ditanggung Pemerintah. Rupanya para Pengambil keputusan ditingkat Pemerintahan dan ditingkat Perwakilan Rakyatnya, telah memikirkannya dengan masak-masak dan itulah keputusannya per hari ini. Dalam dunia sekarang, Angkatan yang berusia 60 an saat ini dapat disamakan dengan Angkatan yang berusia 40 an pada beberapa tahun yang lalu.
Orang tua yang usianya dianggap Senior tetapi masih sehat dan dapat melakukan pekerjaan dengan benar, jumlahnya sudah meningkat jauh. Mari kita lihat beberapa contoh dari orang-orang yang terlibat dalam masalah terbaru ini.
1. Fred Ketchen saat ini usianya telah mencapai 71 tahun dan dia saat ini masih duduk sebagai salah seorang Direktur yang membidangi Equity Trading di ScotisMcLeod, Scotiabank. Lama kerjanya di Bank ini adalah lima puluh tahun dan dia masih memberikan sekitar 85 sampai dengan 100 presentasi dalam setahunnya, dalam bidang Securuties Industry. Jam kerjanya dimulai pada pukul tujuh pagi didalam ruang kerjanya, menggunakan newswires, menulis serta mencatat semua masukan mengenai business sehingga dapat ditimbang untuk menentukan untung ruginya. Apa yang dikerjakannya akan dapat dipakai untuk dapat digunakan bagi sekitar 12 sampai 13 laporan bagi media dan station radio dan televisi pada hari itu. Fred disebut sebagai icon dari Bay Street dimana dia mewakili kaum yang telah melampaui 65 tahun akan tetapi giat bekerja. Dia bilang dia tidak akan tahan kalau hanya disuruh memperhatikan burung-burung yang sibuk makan didalam sangkarnya. Dia mengakhiri harinya pada sekitar pukul 18:30 sampai dengan pukul 19:00.
2. Edegart Mahant adalah seorang nenek 66 tahun, Professor pada York University yang terpaksa meninggalkan jabatannya karena kontrak massal yang telah ditanda tanganinya pada tanggal 1 Juli 2006 yang lalu. Dia sekarang mengajar di Glendon College dengan gaji sepertiganya dibanding gaji terakhirnya, tetapi mengajar sebanyak kegiatannya yang dulu. Statusnya sekarang adalah kerja paruh waktu dan dia mengatakan bahwa sekarang dia bukan siapa-siapa. Dia merasa merana dan secara perlahan dia merasa dipinggirkan sedangkan keadaannya masih sebaik dulu dalam bekerja. Katanya: “I was the same person I was before”. Lalu ketika ditanya apa sebabnya dia pertahankan pekerjaannya ini, dia menjawab selama 37 tahun berkarir, dia merasakan stimulasi dalam bekerja seperti ini, dan itulah satu-satunya yang dia pahami dengan mendalam.
3. Thomas G. Heintzman salah seorang Partner dalam McCarthy Tetrault selama 35 tahun, sekarang sudah berusia 65 tahun dan masih merasa lama sekali nantinya untuk dapat meninggalkan pekerjaannya. “Sudah jelas saya tidak akan menghabiskan waktu bermain Golf”. Meskipun kedudukannya selaku Partner akan berakhir pada akhir tahun ini dia akan tetap bekerja dalam bidangnya selaku Konsultan ditempat yang sama dan mengharapkan akan bekerja beberapa tahun lagi sampai setelah mencapai 69 atau 70 tahun. Dan setelah itu?? “Ah saya masih dapat menjadi arbitrator, mediator ataupun mengajar atau menulis buku. Setelah 40 tahun bekerja, saya mempunyai banyak sekali idea”. Itu baru semangat.
4.  Bruce Armstrong adalah seorang Chartered Accountant sekarang berumur 63 tahun dan masih menikmati pekerjaannya. Baru beberapa tahun yang lalu dia merasa bahwa dia lebih tua 15 sampai dengan 20 tahun diatas rata-rata pekerja dikantornya yang lama.
Dia berhenti dan sekarang bekerja sebagai principal di LECG dimana dia bekerja di Forensic and Investigative Accounting Division.  “Jangan dikira saya sekarang hanya menikmati pekerjaan ini karena masalah keuangan pribadi. Saya di sini bekerja karena saya amat menikmati pekerjaannya dan saya juga punya kegiatan di luar kantor/pekerjaan. Kedua dunia itu menunjang hidup saya. Dengan adanya perubahan peraturan dan undang-undang ini, maka saya mengharapkan adanya perubahan mind set dan pola pikir yang dapat menerima bahwa para Senior itu masih dapat berdaya guna dan dihormati karena pengalamannya.
Mereka bukan penghalang bagi yang lebih muda”. Pemerintah Propinsi Ontario berpendapat adalah kenyataan bahwa orang yang berusia diatas 65 itu lebih sehat dari angkatan sebelumnya, tetapi Pemerintah juga berpendapat bahwa policy Pemerintah akan buruk kalau memaksa orang seusia itu bekerja lebih lama. Demikian sebaliknya tetap juga terkesan buruk kalau menyuruh mereka pensiun pada usia yang masih produktip, mengingat pengalamannya yang sudah demikian jauh.
Anwari Doel Arnowo – December 12, 2008 -19:30:00
Ini lho semangat bagus
You are not that old  --  You are as old as you think you are