Wednesday, October 21, 2009

Prasangka - Prejudice


Created by Anwari Doel Arnowo 2005-06-26




Persaingan dalam segala bidang sudah lama bermula.

Sejak dari sejarah raja-raja pada jaman dahulu, kita dapat melihat bahwa diantara para hamba raja maupun antara para raja-raja sendiri juga terjadi persaingan sehat maupun tidak sehat.

Dalam jaman sekarangpun semua tahu bahwa persaingan yang tidak sehatpun sudah makin tajam dan canggih dilakukan orang. Waktu saya masih muda, saya pernah merasakan antagonisme dengan ajaran seorang manager sales, yang mengatakan bahwa: ** apabila kita menjual produk A, maka adalah tidak etis bila menjelekkan produk B yang merupakan produk saingannya. Memuji produk A yang dijualnya dengan pujian yang setinggi langitpun, tidak ada larangannya. Akan tetapi jangan sekali-kali menjelekkan produk B dan produk lain **.

Tetapi ajaran baik tadi akan punah, apabila seseorang sudah mulai praktek di lapangan. Saya melihat sendiri tidak lagi relevantnya isi inti pelajaran sang manager tersebut, karena dia justru melakukan yang sebaliknya dengan apa yang diajarkannya sendiri.

Dia bisa dengan mudah menyabot order yang semestinya diperoleh oleh bawahannya sendiri. Itu kelemahan sang manager yang melakukan perbuatan yang antagonis dengan isi inti dari pelajaran menjual yang diajarkannya kepada para bawahannya. Jadi gugurlah apa yang disebut kode kehormatan yang diciptakan oleh manusia yang berkelas terhormat, hanya karena dikalahkan oleh ketamakan mendapatkan uang. Apa yang disebut sebagai code of conduct, code of honour, code of ethics dikalangan perwira Angkatan Perang, diantara para pelaku usaha dan media, malah menjadi hancur lebur oleh karena silaunya pengaruh uang.


Juga karena pengaruhnya kedudukan atau kehormatan. Adakah cara mengatasinya?? Hampir tidak ada.

Kecualinya tentu saja ada, yaitu kita sendiri yang harus mampu mengontrol keinginan- keinginan diri kita masing-masing.


Kita ini hanya manusia biasa, berbuat kesalahan hampir semua orang bisa dan mudah melakukannya, akan tetapi upaya untuk memperbaikinya akan membutuhkan tekad besar, kemauan tinggi dan keberanian luar biasa. Apalagi dalam upaya ini ada unsur harus meminta maaf dan mengganti kerugian materi !! Saya yakin hanya sekitar sepuluh persen dari jumlah orang yang mau dan yang berhasil.



Dari pengalaman bisnis yang pernah melintas didepan saya di Indonesia juga terjadi persaingan diam-diam antara ras, agama dan golongan. Tidak terang-terangan tetapi amat kental terasa. Sebut saja misalnya: ras satu dan ras tertentu lainnya kalau terpaksa berdagang, maka akan pasang kuda-kuda yang lebih teliti dan lebih awas. Ini dengan mudah dapat dilihat prakteknya di Indonesia.


Yang saya tulis ini adalah sedikit dari yang saya alami sendiri di Indonesia, di Kalimantan, semua Propinsi, dan di Indonesia Timur lainnya. Tetapi tidak usah kita berkecil hati, karena ini juga terjadi secara International. Di Jepang ada sentiment negative vise versa antara orang Edo (orang Tokyo) dengan orang Osaka. Di Canada juga ada antara orang pebisnis Vancouver dan orang pebisnis dari Ontario terutama orang Toronto dan sebaliknya. Iri dan sikap tidak fair dan sikap prejudice ditunjukkan antara orang-orang dan pihak-pihak yang disebut diatas. Iri dan sikap negative ini sebenarnya adalah seperti kata orang Betawi: memang udah dari sononya !


Karena dunia ini penuh dengan perbedaan physic dan perbedaan non physic maka sebaiknya kita ini menekan dan mengurangi perbedaan ini karena toh akhirnya akan merugikan diri sendiri saja.


Bagaimanapun rasa tidak suka itu adalah sebuah beban yang harus ditanggung oleh barang siapapun yang mempunyai rasa tidak suka terhadap sesuatu tersebut.

Kalau menginginkan keberhasilan dalam usaha, hubungan sosial dan pergaulan, maka sebaiknya dikurangilah perasaan yang negative-negative diatas karena hanya unsur-unsur itulah yang justru menghambatnya.

Dalam berhubungan sosial dan usaha, maka perasaan negative kadang-kadang dapat menolong, kalau pihak lawan itu memang benar-benar pernah melukai atau berbuat tidak benar terhadap kita. Untuk selanjutnya hanya unsur-unsur kehatian-hatian sajalah yang akan dapat menghindarkan diri kita dari kesalahan yang akan datang.


Ada pelajaran yang amat berharga dari beberapa kejadian yang patut disimak oleh kita semua.


Pertama: Saya ingat salah satu pidato Presiden Sukarno mengatakan **bahwa kita tidak usah takut menghadapi musuh yang terdiri dari negara-negara maju seperti Amerika dan Inggris. Contohnya mereka ini menggencet dan menekan dengan kuat Republik Rakyat Cina dan kita. Saya sitir pemikiran seorang bijak yang mengatakan bahwa kalau seseorang ditekan (istilahnya BOGGED DOWN) terus menerus dan dimusuhi, dia bukannya menjadi lemah, akan tetapi malah menjadi makin kuat**. Hari ini, tahun 2005, telah terbukti bahwa Republik Rakyat Cina telah menjadi Negara kuat sehingga pertumbuhan ekonominya membuat gentar hati Amerika. Bukankah hal serupa dilakukan oleh Orde baru terhadap komunisme dan Republik Rakyat Cina ??

Kedua: Hal seperti ini terjadi terhadap Republik Cuba. Apa Presiden Fidel Castro tumbang ?? Tidak !! Dia sampai hari ini adalah incumbent President yang paling lama dalam sejarah, mengalahkan, Joseph Bros Tito dari Yogoslavia, Sukarno bahkan Suharto sekalipun dalam rekor panjangnya masa memerintah sebagai Presiden. Selama hampir empat puluh tahun lamanya Cuba di embargo oleh Amerika Serikat. Cuba tetap survive.

Ketiga : Sekali lagi masih mengenai Bung Karno.

Mengapa beliau mengibarkan bendera “perang” terhadap pendudukan belanda di Irian Barat ? Mengibarkan berndera perang kan berarti menerbitkan kebencian? Saya menduga, jadi ini bukanlah praduga, Bung Karno sudah kerepotan dengan segala macam perberontakan didalam negeri. Bung Karno adalah manusia Indonesia yang gandrung dengan persatuan. Sedangkan pemberontakan-pemberontakan yang ada mengakibatkan banyak masalah negative.

Sesuai dengan sifat bangsa dimanapun termasuk Indonesia, apabila suatu bangsa menghadapi common enemy atau musuh bersama, maka bangsa akan bersatu padu. Bersatu padu untuk melawan musuh bersama. Kita ingat beberapa pemberontak didalam negeri waktu itu menyerahkan diri dan mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam upaya membebaskan Irian Barat. Karena itu alangkah baiknya kalau kita pergunakan tactic ini untuk situasi Indonesia masa sekarang ini.



Carikan bangsa Indonesia ini musuh bersama. Kali ini musuh bersamanya tidak perlu berupa Negara lain, seperti halnya belanda di Irian Barat. Musuh bersama kali ini bisa :

  • kebodohan dilawan dengan pendidikan dan pengajaran

  • korupsi bisa dilawan dengan memberi insentive kepada para petugas atau rakyat yang dapat membuat perbuatan korupsi terungkap dan ditindak

  • kemelaratan diperangi dengan mendidik dan bekerja keras yang menghasilkan agar rakyat lebih makmur.

Jadi terbukti tidak ada gunanya kita memelihara ketidaksukaan dan kebencian apalagi memusuhi sesuatu dengan ekstrim. Secukupnya sajalah.

Saya sendiri benci kepada belanda, tetapi tidak kepada rakyatnya.

Saya benci kepada Pemerintahnya karena tidak mengakui Proklamasi Kemerdekaan kita pada tanggal 17 Agustus 1945, dan hanya mengakui kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember, 1949 yakni pada waktu itu belanda menyerahkan kekuasaannya. Sejak Jepang bertekuk lutut sampai Desember 1949 itu belanda berperang di Indonesia dengan alasan aksi Polisionil. Istilah Aksi Polisionil digunakan oleh karena belanda hanya menganggap kaum pejuang dan para phalawan kemerdekaan kita tidak lebih dan tidak kurang sebagai terrorist atau perusuh saja layaknya.


Saya lebih benci lagi kepada Pemerintah Belanda karena sampai dengan pada tahun 2005 ini Belanda belum pernah minta maaf kepada Indonesia, karena telah menjajah Indonesia selama 350 tahun lamanya. Tidak sekalipun pernah minta maaf !!


Ini disebabkan mungkin sekali karena masih banyaknya manusia Indonesia sendiri yang masih silau terhadap kemajuan belanda, mungkin karena banyak duitnya dan atau masih bernostalgia (atau nostalgila) terhadap Tempo Doeloe ?? Manusia Indonesia yang bicaranya masih cas cis cus cas cis cus berbahasa Holland, Hollandsche Spreken. Verrrrrrrrekt, zeg !! Kata Gus Dur : PRĚĚKK !!

Saya juga bilang: Prěk !!

Sukar bagi saya memaafkan belanda karena dua hal besar diatas, tetapi saya sudah mengecilkan luas daerah kebencian saya hanya kepada Pemerintahnya saja. Ini dalam rangka memenuhi anjuran saya tersebut diatas. Kenyataannya : karena saya ini ternyata hanya manusia biasa saja, maka saya belum mau menginjakkan kaki saya di netherland sampai saat ini!!! Ah, Bung Karno sendiri juga belum pernah menginjakkan kakinya di belanda, kok !!!



Created by Anwari Doel Arnowo

---ooo000ooo---

1


No comments: