Thursday, July 29, 2010

BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA

Ini di koran Kompas
Menyedihkan memang, yang membaca hari ini ada 18 orang dan yang memberi komentar ada nol orang.


Media Belum Populerkan Bahasa Indonesia
Jumat, 30 Juli 2010 | 02:48 WIB
KRISTIANTO PURNOMO/KOMPAS.COM
Ilustrasi: Di SMK, ada 897 siswa yang harus mengulang UN, karena nilai bahasa Indonesia mereka jeblok. Total siswa yang mengulang UN mencapai 1.297 orang.
JAKARTA, KOMPAS.com--Media massa dinilai belum mempopulerkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar karena kecenderungan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa daerah.
"Ini menjadi tantangan bagi media massa, karena masih cenderung menggunakan bahasa Inggris dan bahasa daerah dalam pemberitaannya," kata Ketua Umum Forum Bahasa Media Massa (FBMM) TD Asmadi di Jakarta, Kamis.
TD Asmadi menyampaikan hal itu pada diskusi bahasa jurnalistik media massa bertema "Mendorong Media Massa Memahami Bahasa Indonesia Lebih Baik".
Diskusi tersebut berlangsung atas kerjasama Perum LKBN ANTARA dengan FBMM yang dihadiri sejumlah wartawan, redaktur dan pegelola media massa.
Ia menjelaskan, kecenderungan menggunakan bahasa asing dan bahasa daerah kerap ditemui pada media cetak, bahkan dalam pergaulan sehari-hari bahasa-bahasa asing lebih dikenal oleh masyarakat.
Hal tersebut terjadi, menurut Asmadi, karena pengaruh global dimana dua per tiga masyarakat dunia mengerti bahasa  Inggris. "Karena pengaruh global tersebut masyarakat di pelosok juga lebih populer memakai bahasa asing seperti ’print’ dari pada cetak," katanya.
Sementara pada media di daerah, lokalitas masih sangat tinggi sehingga muncul bahasa-bahasa daerah dalam penulisan berita misalnya "geruduk" yang dimaksudkan mendatangi beramai-ramai.
Ketidaktepatan kata juga masih muncul dalam penulisan jurnalistik misalnya nakhoda ditulis dengan nahkoda, mafhum ditulis mahfum atau harfiah dengan harafiah.
Kalimat yang dipakai juga dibuat tidak sederhana sehingga menyulitkan pembaca karena bermakna ganda dan juga bisa berarti lain.
Pakar Bahasa Indonesia, Anton M Moeliono dalam diskusi tersebut mengatakan, budaya tulis dan membaca di Indonesia masih rendah.
Menurut Anton, keterbatasan budaya tulis dan baca itu membuat masyarakat Indonesia terbagi atas kelompok ragam bahasa dasar dan ragam bahasa formal.
Ragam bahasa dasar diperoleh di rumah dan lewat pergaulan, sedangkan ragam bahasa resmi dipakai dalam administrasi pemerintahan, ragam dimuka umum seperti media massa, ragam dunia iptek dan seni sastra.
"Rendahnya pendidikan juga menjadi suatu panggilan bagi media menjadi guru masyarakat. Maka media harus menyajikan tulisan dengan kaidah bahasa yang teratur," katanya.
Ia menegaskan, bahasa yang kaidahnya teratur dan mantap lebih mudah dipelajari dan dipertahankan sehingga media massa harus jadi teladan dan panutan dalam penerapan norma dan kaidah itu.
Hal senada disampaikan Direktur Pemberitaan Perum LKBN ANTARA, Saiful Hadi bahwa bahasa media massa harus dimengerti oleh pembaca.
"Untuk apa tulisan yang hebat tapi hanya bisa dimengerti oleh segelintir orang, lebih baik gunakan bahasa yang mudah dipahami," kata Saiful Hadi.

No comments: