Wednesday, March 26, 2008

MILITER






M i l i t e r, apalah gunanya??
Anwari Doel Arnowo
Selasa, 26 Maret 2008 - 09:43:40

Saya menerima sebuah email dari sahabat baik saya yang nun jauh di seberang Lautan Pasifik di sana, sementara saya sedang berada di negara tetangga Tanah Air kita Nusantara, di Singapura . Ada attachment-lampiran yang berisi gambar-gambar photo yang sebagian menunjukkan tampilan photo close up dari muka orang-orang yang berasal dari banyak bagian dunia (http://people.pps/ ,
entah apakah anda bisa membukanya?).
Mulai dengan muka seorang laki-laki tua yang menggambarkan pengalaman sekian puluh tahun, tidak menggambarkan latar belakang pendidikannya dan tidak menggambarkan kemakmuran hidupnya atau kekayaan yang dimilikinya.
Yang tergambar di dalam lamunan pandangan saya adalah muka seorang yang amat berpengalaman dan dipenuhi dengan kearifan seorang kebijakan, yang penuh padat pengalaman. Gambar lain adalah muka-muka orang-orang yang berasal dari belahan dunia yang berlain-lainan, laki-laki dan perempuan serta kanak-kanak yang terlihat polos tidak megenal keributan politik, hubungan internasional dan kekisruhan ekonomi yang sedang dan sudah terjadi di seluruh dunia. Gambar gadis Jepang dengan Kimononya yang mungil serta manis, innocent looking gal... . Ceria tanpa beban. Dengan bercanda saling mengintip dari dua buah lensa berlawanan di dalam alat kamera photo. Dunia seperti miliknya sendiri. Mereka saya umpamakan seperti sejumlah kelereng yang ditaruh di dalam kotak.
Dimiringkan ke kiri atau dimiringkan ke kanan, kelereng akan menggelinding ke kiri dan ke kanan, berdesak-desakan dan tidak bisa berbuat lain daripada apa yang sedang menimpa diri mereka.
Kelereng yang pasif bagi saya menggambarkan pemilikan kemapanan dan ketenteraman daripada yang dimiliki oleh kelereng yang aktif. Tidak aktif akan tetapi selamat dan sejahtera. Begitulah lamunan dan pemikiran yang ada dan berkecamuk di benak di dalam kepala saya.
Saya bukan menginginkan dunia kembali menjadi “kuno” seperti kondisi mereka, karena hal itu tidak mungkin.
Saya melihat bahwa tingkah polah manusia selama ini adalah seperti pengalaman seseorang yang telah menempuh perjalanan yang amat jauh jaraknya, yang melalui permukaan tanah yang berjenis-jenis kondisi alamnya.
Badannya sudah banyak menggambarkan rupa-rupa tanda-tanda kehidupan dan susah payah dan telah diderita, dinikmati serta dialami yang membekas selama masa waktu dan sepanjang kehidupannya. Satu gores bekas luka atau lipatan keriput di kulitnya saja bagi saya bisa mengungkapkan perasaan hati dengan seratus ribu kata-kata yang bisa disusun menggambarkan apa penyebab bekas luka itu.
Ada berapa goresan bekas luka ataukah keriput seperti itu, tidak diketaui dengan pasti, bahkan oleh orang yang bersangkutan sekalipun.
Yang pasti dia telah penuh dengan pengalamannya melalui jalan-jalan dalam kehidupannya. Tubuhnya yang masih menyimpan tanda-tanda kekerasan yang terjadi, ingin sekali dibebaskan dari penyebabnya, ibarat seperti duri yang menancap pada dagingnya. Dia ini amat menginginkan semua duri itu bisa dicabut dan dibuang jauh-jauh, sejauh mungkin bahkan jauh sekali dari ingatannya sekalipun. Dia juga tidak menginginkan duri yang sama akan hinggap di tubuh orang-orang yang berada di sekelilingnya, istrinya, anak-anaknya dan siapapun yang telah dikenalnya, yang semuanya lebih muda dari umurnya.
Cabutlah duri dan sembuhkanlah luka.
Buang pikiran yang berkaitan dengan kekerasan dan memulai hidup yang lebih baik dari yang telah dialaminya.
Sejarah manusia itu adalah gambaran dari seluruh sifat manusia yang biasa, sederhana, serakah, penuh angkara murka dan tipu muslihat serta keinginannya untuk bekerja sesedikit mungkin dan mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya.
Keinginan seperti ini menyebabkan dia menginginkan bahwa pekerjaan yang tidak disukainya, dikerjakan oleh manusia lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Semua sifat yang negatif itu sebenarnya dapat diarahkan kepada hal-hal yang baik hasilnya, apabila si empunya badan, si empunya akal budi melakukan koordinasi yang sehat dalam melakukannya. Itu hanya mungkin apabila dia sudah mampu membaca sejarah dirinya sendiri maupun sejarah manusia-manusia di sekelilingnya.
Sejarah ini adalah tiang penyangga yang kuat dalam upaya untuk melakukan pengelolaan kebijakan-kebijakan yang akan dapat digunakannya dalam memutuskan segala sesuatunya.
Memahami sifat-sifat dasar manusia di atas, maka bukan mustahil di dalam sebuah kelompok tertentu ada seseorang akan lebih bijak dalam bertindak dibanding dengan anggota yang lain.
Lebih bijak dari anggota kelompoknya dan akhirnya akan menjadikan dirinya sebagai seseorang yang patut dianut. Kalau ada satu atau beberapa keompok maka akan terjadi juga persaingan antar sesama panutan-panutan dari kelompok-kelompok yang berlainan itu.
Akan timbullah juga keinginan untuk saling menaklukkan dan sebaliknya ada yang ingin membuat bertambahnya kekuatan dalam mempertahankan dirinya. Kelompok-kelompok akan bisa berupa kerajaan atau negara modern. Ketua-ketua kelompok menjadikan mereka raja atau kepala pemerintahan negara, bertindak mewakili para pengikut dan punakawan. Kalau antar kelompok, kerajaan dan pemerintahan dalam keadaan damai, maka pelaku yang mewakili dalam bidang keamanan ini merasa keadaan nyaman dan tenteram ini sebagai sesuatu yang kurang menyenangkan.
Mereka ini selalu militant dan mengatakan: demi ketenteraman dan keamanan negara, maka mereka harus tetap waspada dan siap siaga. Timbullah kata-kata “bijak” (??) bahwa untuk menjaga perdamaian maka kita harus melengkapi diri dengan persenjataan yang mutakhir, tiada perlu memperdulikan apa dan berapa biayanya. Hampir seperti sifat alami manusia, seseorang kalau sedang memegang sebuah senjata di dalam genggaman tangannya, maka selalu ingin sekali untuk menggunakannya.
Mereka ini, sampai saat ini, sering kita sebut sebagai kaum militer sering amat taat kepada ajaran dasar militer. Militer memang mengajarkan bahwa membunuh nyawa orang lain itu tidak apa-apa demi menghindarkan kerugian yang lebih fatal, yaitu: keamanan Negara. Hal ini telah selalu dijadikan isu utama di mana-mana sejak jaman dahulu kala.
Roma juga pergi menjajah negara-negara lain, Khu Bilai Khan juga menyerang ke arah manapun yang bisa dijangkaunya. Majapahit juga sudah meniru para pendatang dan meniru berekspansi ke luar daerah kerajaannya. Mahapatih Gajahmada tentunya tunduk kepada Hayam Wuruk, akan tetapi kondisi apapun sepanjang menyangkut keamanan negara, maka Mahapatih akan lebih dipegang kata-katanya.
Bukankah sama saja Ratu Elizabeth kedua selalu menggantungkan diri kepada semua Perdana Menteri- nya yang telah berganti-ganti sebanyak sepuluh kali (sejak Harold Macmillan–10 January 1957 sampai yang sekarang-incumbent Gordon Brown) selama memegang pemerintahan sepanjang kurun waktu yang lima puluh tahun lamanya secara terus menerus?? Uniknya Ratu yang satu ini adalah juga Kepala Negara di 16 (enam belas) buah negara-negara yang semuanya tergabung dalam Commonwealth (Persemakmuran Bersama).
Sudah waktunyalah kita berani mengambil sikap untuk secara total menghapuskan pengaruh Militer di dunia politik dan pemerintahan oleh masyarakat sipil. Tidak lagi kita sekalipun boleh mengharapkan ikut campurnya militer di dalam dunia pemerintahan sipil.
Pemerintahan sipil haya mengharapkan keamanan kepada Polisi dan pertahanan negara kepada militer. Jumlah tentara di Republik Indonesia justru amat baik dikurangkan sebanyak mungkin dan menggantikan pengurangan ini dengan jalan membuat undang-undang Pertahanan Negara yang berupa Wajib Bela Negara bagi Waganegara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Saya diberitahu bahwa Swiss mempunyai banyak sekali Tenaga Bela Negara berupa warga sipil yang jumlahnya akan bisa mencapai setengah jumlah penduduk. Bila diperlukan mereka itu akan siap bertugas dalam kurun waktu dua belas jam. Para anggota Angkatan Bersenjata Swiss menyimpan senjata-senjatanya di rumah mereka masing-masing, siap menggunakannya dengan bekal sekitar 60 buah peluru yang disimpan didalam kaleng terkunci sebagai tempat untuk penyimpanan. Mereka siap setiap saat diperlukan bergerak menjalankan tugas Wajib Bela Negara untuk ketahanan bangsa Swiss. Apa salahnya apabila kita ikut meniru dan menerapkan siap diri seperti itu dengan tujuan utama: MEMBELA NEGARA. Karena inilah maka Swiss mempunyai tenaga Pasukan Bersenjata yang tetap, jumlahnya amat kecil sekali, tetapi mempunyai para Wajib Bela Negara yang siap tempur dalam jumlah besar sekali kalau dibanding dengan jumlah penduduknya.
Sayangnya saat ini kita banyak rakyat Indonesia yang bersikap condong untuk membela pemerintah dan bahkan membela pejabat Penyeleggara Negara. Padahal semua mafhum bahwasanya yang patut dibela itu utamanya adalah Negara dan Bangsa. Para pejabat Penyelenggara Negara itu tidak lain adalah orang gajian yang dibayar gajinya oleh Rakyat dan menggunakan uang milik Rakyat.
Negara-negara lain sudah membolehkan warga negara asing, asal mempunyai status penduduk tetap, untuk menjadi Pegawai negeri dan Polisi. Prancis sejak dulu mula mempunyai Pasukan Legiun Asing, yang isinya bekas penjahat sekalipun, yang pentig pandai berperang dan mempunyai ketrampilan tempur yang bisa diandalkan. Kesetiaan (loyalty) hanya kepada corps (kesatuan French Foreign Legion) itu sendiri.
Saya teringat bagaimana ganasnya penyerbuan Israel ke Mesir ketika Gamal Abdel Nasser memerintah negara Mesir selaku Presiden. Semua orang terkejut karena hebatnya tekanan penetrasi serbuan pasukan Israel yang maju melalui gurun pasir dengan pesat, dan menahan diri tidak meneruskannya ke Cairo, ibukota Negara Mesir. Yang mengagetkan kita tidak pernah mendengar siapa Moshe Dayan sang Jenderal Israel yang bermata satu, karena yang satunya cacat dan selalu dalam keadaan ditutup? Siapa orang ini? Ternyata negara Israel juga mempunyai Pasukan Cadangan yang berupa orang-orang sipil dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka ini memang betul-betul telah disiapkan untuk bergerak secara militer bila diperlukan.
Sepanjang hidup, saya pernah melihat dan mengalami yang disebut dengan Wamil (Wajib Militer) yang diterapkan oleh hukum dan kaum Militer Indonesia terhadap warganya untuk dididik sebagai Wamil. Yang didapat dari Wamil, di pandangan mata saya adalah sebuah derajat maya, bahwa mereka menjadi waganegara yang plus karena bisa berpakaian tempur, kadang membawa senjata, jadi memberi kesan menakutkan. Menakutkan siapa? Menakutkan rakyat sendiri termasuk di dalamnya adalah saya sendiri, siapa lagi?
Saya tahu pada waktu itu sayapun sudah sampai umur untuk masuk ke Wamil, tetapi hasilnya yang saya lihat teman-teman yang lebih terdahulu, tidak mengesankan sesuatu yang prima.
Mungkin hal ini disebabkan karena buruknya keadaan ekonomi negara? Peralatan dan persenjataan Militer kita terbatas?
Tidak juga.
Pada jaman Presiden Soekarno, menurut catatan, tumpukan utang yang terjadi adalah dua setengah miliar Dollar Amerika Serikat, tetapi kita mempunyai Kapal Penjelajah bernama RI Irian yang tadinya milik Uni Sovyet dari type Sverdlov, mempunyai pesawat udara MIG pemburu dan kapal-kapal selam serta Angkatan Perang Terkuat di hemisphere (belahan Planet Bumi) bagian Selatan. Dunia Barat takut, termasuk Australia takut, dan mengecam serta menjuluki Indonesia sebagai Komunis.
Negara kita mempunyai kawan-kawan dan sahabat-sahabat, tetapi telah memunculkan musuh-musuh lain yang kebanyakan adalah negara-negara established yang kuat ekonominya dan canggih operasi intelnya. Maka jatuhlah pemerintahan Soekarno oleh alat negara di dalam negaranya sendiri, yang telah disusupi oleh kaum intel Barat yang penuh uang melancarkan operasi kegiatannya, sampai ke tingkat-tingkat Jenderal-Jenderalnya terutama TNI Angkatan Darat Republik Indonesianya. Saya menarik kesimpulan seperti ini karena pernah menyimak kata-kata almahum Kolonel Alex Kawilarang, yang dikatakannya langsung kepada saya. Dia menyebutkan bahwa hampir semua Perwira Angkatan Darat yang mengenyam pendidikan lanjutan di Amerika Serikat, secara diam-diam dan secara terus terang menentang sebagian besar kebijakan Panglima Tertingginya.
Angkatan Darat Republik Indonesia selalu ingin mendominasi seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia dengan cara antara lain menyebut dengan awalan TNI (Tentara nasional Indonesia), hanya untuk Angkatan Darat dan yang Angkatan Laut dan Angkatan Udara tidak desebut dengan menggunakan istilah TNI. Entah mengapa?!? Apakah ALRI dan AURI bukan TNI ?!?
Karena pemikiran Presiden Soekarno yang global, tetapi demi kepentingan Republik Indonesia jangka panjang, beliau telah lengah dan terpeleset kurang bisa mengendalikan Angkatan Perangnya sendiri yang seperti macan, mengaum dan siap mencakar dan bertempur. Soekarno telah sukses dalam upaya menyatukan bangsa Indonesia, dengan cara memusatkan perhatian ke pembebasan Irian Barat.
Dan kemudian juga dalam rangka mempersatukan bangsa sendiri, mencarikan musuh dengan melawan pembentukan Federasi Malaya menjadi Malaysia. Permusuhan dengan Malaysia ini memang sesuai dengan pikiran globalnya Soekarno, tetapi sayang sekali tidak mempunyai kehidupan ekonomi yang baik, karena memang ada juga sabotase-sabotase yang terus menerus dari pihak musuh-musuh RI waktu itu: negara-negara dan manusia-manusia Indonesia yang pro Barat!!
Seorang Soekarno yang Presiden dan Panglima Tertinggi telah memerintahkan pengganyangan Malaysia, tetapi justru secara semena-mena tidak didukung justru oleh Angkatan Daratnya.
Hanya KKO (Marinir) dan PGT (Pasukan Gerak Tjepat Angkatan Udara) serta MoBrig (sekarang Brimob) yang mau maju ke medan perang menghadapi Malaysia, yang dibantu oleh Angkatan Perang Inggris dan Amerika Serikat dengan operasi penuh semua aparat intelnya. Kalau sekarang kita mempunyai utang sebesar seratus lima puluh miliar Dollar Amerika serikat, apa yang kita dapat? Power Plants PLN yang amat banyak itu apa bukan over priced karena dikorupsi? Program-program pemerintah banyak yang gagal atau mati suri dengan pengeluaran biaya yang aduhai tingginya. Ini dapat dibaca dan yang diakui di dalam bukunya John Perkins: The Confession of An Economic Hitman.
Yang paling mengenaskan hati mengapakah sampai ada tuduhan StAR Initiative yang mengatakan bahwa mantan Presiden Suharto telah mencuri sebanyak jumlah yang amat fantastis sekitar 35 miliar Dollar Amerika Serikat? Dari transaksi-transaksi mana uang sebesar ini bisa dicuri?
Bukankah pernah diakui sendiri oleh Bank Dunia bahwa 35% bantuan-bantuan bank Dunia ini, telah menjadi sirna down the drain yang tentunya ke kantong-kantong para pejabat dan para pengusaha yang KKN di Indonesia? Angkatan Darat kita sekarang apa kemampuannya? Kemampuan berperang Angkatan Darat kita sekarang setingkat apa? Mampu melawan siapa?
Sudah cukupkah atau belum cukupkah pengalaman menyerbu dan membunuh rakyat dalam masalah mBah Soero, masalah Lampung, masalah Poso, masalah Ambon, masalah Aceh dan proyek-proyek di Timor Timur ??
Menjaga proyek vital seperti Freeport atau menjaga Duta Besar kita di belanda dari gangguan RMS?? Itulah kalau kesalahan kita memelihara macan, tetapi tidak tahu bagaimana kita mengendalikan macan! Mengendarai seekor macan yang kadang-kadang sering lapar, sedangkan makanan yang paling menggiurkan adalah kaki si pengendaranya sendiri. Maka .... Silakanlah anda meneruskan sendiri!!
Ada dua negara dan salah satunya yang saya ingat sebagai Negara yang tidak memiliki Angkatan Perang atau militer, yaitu: Costa Rica di Amerika Tengah. Negara ini bisa hidup selama bertahun-tahun tanpa militer.
Bagaimana bisa?
Saya ingin pada suatu saat pergi ke sana dan membuktikannya.


Anwari Doel Arnowo
Rabu, 26 Maret 2008

---ooo000ooo---

No comments: