Monday, August 23, 2010

Blackberry Overtime

Anwari Doel Arnowo
23/08/2010

LEMBUR BLACKBERRY

Trend atau kecenderungan untuk menggunakan alat-alat modern itu sudah dimulai sejak lama. Bukan di abad ini saja, tetapi sudah sejak lama, mungkin sejak jaman batu sekalipun. Yang ingin kita bicarakan sekarang ini adalah sikap hidup yang sedang melanda dunia: di Indonesia, di Pilipina dan Asia pada umumnya, serta pula di seluruh bagian dunia lainnya. Penggunaan alat penunjang hidup itu bukan saja berupa kendaraan yang dikemudikan oleh manusia maupun alat mekanis yang dikemudikan oleh sesamanya sendiri, yakni: mesin.
Ada informasi bahwa di Kanada saat ini, sebuah perusahaan kecil akan tetapi sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar, untuk produksi-produksi barang yang akan digunakan di masa yang akan datang.
Apa misalnya yang dikerjakannya itu?
Perusahaan yang di dalamnya banyak sekali menggunakan komputer-komputer segala macam jenis, sedang mengolah sistem-sistem elektronik yang akan diterapkan sebagai “nyawa” dari mesin penggerak sebuah jaringan kereta api modern di Republik Rakyat China dan bahkan juga di Eropa. Kereta Api? Mungkin harus diganti namanya menjadi Kereta Listrik atau Kereta Magnet atau Kereta Energi, karena penggerak api dari kayu dan batubara itu  bukan lagi sebuah trend yang sesuai dengan jaman sekarang ini.
Kereta Penumpang Massal adalah mungkin sekali akan lebih sesuai.
Kereta ini adalah sebuah rangkaian gerbong berpenumpang massal yang berkeliling tanpa pernah berhenti di sebuah stasiun. Kecepatannya amat tinggi dan mungkin melebihi dari yang sekarang ada di dunia, yang hanya sekitar 200 sehingga 300 kilometer per jam. Di dalam gerbong akan bersuasana amat nyaman dan mungkin saja amat luxurious dan posh atau indah dan mewah serta nyaman.
Lalu apa pasal sampai merencanakan untuk tidak pernah berhenti berjalan (ini sebaiknya juga diganti dengan bergerak meluncur) tanpa berhenti dan berangkat di setiap stasiun di mana ada calon penumpang yang akan naik dan  para penumpang yang akan turun?
Begini. Dengan kecepatan yang sekitar 300 kilo meter per jam, hanya untuk melambatkan kecepatan kereta dan menurunkan penumpang, serta setelah penumpang naik kembali, melakukan keberangkatan dari kecepatan nol sampai ke kecepatan normal 300 KM/jam itu, memakan energi dan waktu yang tidak sedikit. Apabila ingin menghemat hal ini dan tetap mendapat penghasilan operasi yang mangkus (effective) maka sistem baru ini harus dipikirkan dan diciptakan secepatnya. Sekali lagi: berhenti dan menurunkan penumpang dan barang lalu disusul dengan menaikkan penumpang dan barang dengan aman serta berangkat kembali sampai mencapai kecepatan “normal” yang akan digunakan itu, benar-benar boros waktu dan energi. Anda dan saya pada saat ini boleh saja setuju atau tidak setuju, hal ini tidak akan bisa kita tolak kejadiannya. Kitalah yang harus mengubah pola pikir , bahwa yang seperti ini tidak lama lagi pasti akan terlaksana. Tiga ratus kilometer per jamnya? Itu sama dengan Jakarta Surabaya yang ditempuh dengan jangka waktu yang sekitar dua setengah jam saja atau sekitar 150 menit saja. Itu lebih cepat dari apabila kita naik pesawat terbang sekarang. Bagaimana mungkin? Iya mungkin sekali!
Rumah di Pondok Indah, Jakarta menuju ke Lapangan Terbang SukHat di Cengkareng, kalau lancar mungkin 40 menit sampai sudah, kalau macet?? Lalu dari Lapangan Terbang Djuanda Surabaya ke kota Surabaya paling beruntung satu jam baru sampai di Jalan Embong Malang. Menunggu pesawat berangkat dan menunggu barang bagasi di tempat tujuan? Ditambah lama perjalanan pesawat di udara yang satu jam, silakan jumlahkan sendiri saja! Bisakah bersaing dengan Kereta Listrik atau Kereta Magnet atau Kereta Energi seperti itu?? Apalagi pengangkutan secara massal biasanya membuat ongkos perjalanan menjadi lebih murah.
Bagaimana cara penumpang yang ingin turun dan naik, dari dan ke atas kereta?? Beginilah menurut rencana yang sudah dibocorkan: Di setiap setasiun disiapkan serangkaian gerbong yang diberangkatkan dan yang kecepatannya akan disejajarkan dengan lajunya kereta api utama yang berkecepatan tinggi itu. Pada waktu sudah dianggap aman, ketika sudah sejajar dan “berhimpitan berdampingan” lajunya, maka diadakanlah pergerakan  pemumpang dan barang yang naik dan turun seperti di stasiun yang diam dan statis di satu tempat, seperti stasiun yang kita kenal sekarang ini. Selesai prosedur dilaksanakannya hal ini, maka akan dipisah lagi kereta satelit yang menaikkan dan meurunkan penumpang dan barang tadi.
Dengan cara itulah maka Kereta Energi dapat terus menerus berkeliling sepanjang ribuan kilometer dan ini amat mungkin bila di”luncur”kan di negara China yang luas daratannya itu, atau di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika.
Masih belum habis kehebatan dunia mendatang dari penerapan sistem modern yang akan tercipta dan sedang diolah oleh perusahaan Kanada tersebut di atas. Apa itu?
Semua kereta itu tidak akan menggunakan banyak tenaga manusia sebagai pengelola dan penggerak yang menggunakan otaknya sendiri, otak manusia. Semua gerak dan sistem pelaksanaannya akan dikerjakan secara elektronik yang akan amat teliti meniti semua ketentuan dan peraturan mengenai tata dan cara efisiensi dan keselamatan kerja operasi. Apabila ada kelambatan di sebuah tempat penurunan atau pemuatan penumpang, sinyal elektronik akan mengatur agar rangkaian kereta berikut yang ada di belakangnya akan mampu selalu menyesuaikannya dalam hal kecepatannya, sehingga tidak akan bertumpuk dan membuat jarak yang aman agar tidak menghambat sistem secara keseluruhan operasi.
Pada saat ini sudah ditemukan sistem pengendalian operasi yang demikian akurat sehingga akan mampu, misalnya dalam mengatur tempat berhenti kereta seperti ini tepat di tempat yang ditentukan, dengan kemungkinan yang kesalahannya hanya sepuluh senti meter saja.
Terdengar seperti impian tetapi saya percaya bahwa itu bukan mustahil sama sekali!
Bukankah hampir semua alat di dunia ini dimulai dari impian dan khayalan belaka?
Saya memberi judul tulisan ini karena menengarai gaya hidup sekarang yang sedang bercampur aduk dari yang paling kuno sampai dengan yang paling modern, sedang bersimbiose tetapi kurang mutualistis. Ada yang sudah biasa menggunakan telepon genggam Blackberry dan ada yang memiliki pesawat telepon sambungan kabel saja seumur hidupnya belum pernah merasakannya. Seperti layaknya kakek saya yang lahir pada akhir abad ke 19 saja, seperti Alexander Graham Bell sebelum menemukan alat yang sekarang terkenal dan disebut dengan istilah telephone. Di dalam hidupnya mereka ini malah belum pernah memerlukan telepon. Para pembaca silakan mulai mengamati di sekeliling anda. Apabila di dalam rumah anda sekarang ada seorang yang bekerja sebagai pembantu, yang tinggal bersama, maka mungkin sekali di rumahnya, di desa nun jauh di sana, mungkin saja dia tidak memilik telepon sambungan kabel. Tetapi telepon genggam mungkin saja dimiliki tetangganya yang sering berhubungan ke kota.
Saya juga memperhatikan cucu-cucu saya sendiri yang datang ke tempat tinggal saya, setelah berhaha dan berhihi sebentar, maka apakah itu dimulai dengan dering teleponnya ataukah dia sendiri yang memulai mengaktifkan Cellular Phone-nya, memulai chatting dan email atau sedang browsing di internet. Saya, yang kakeknya dan istri saya yang neneknya, tiba-tiba hilang dari percaturan asyik yang dijalaninya. Mereka sudah sama sekali tidak sadar bahwa saya dan neneknya saling berpandangan dan tersenyum saja.
Cucu saya?
Bukan hanya mereka, semua yang lebih muda pasti tidak akan perduli orang tuanya, siapa saja yang berada di sekelilingnya, apabila Cell Phone mulai bekelap-kelip atau bergetar secara aktif. Yang lebih muda? Pegawai yang paling rendah sekalipun di dalam sebuah organisasi perusahaan atau instasi, berani dan biasa minta ijin menerima telepon yang katanya amat  penting, dari istrinya dari pacarnya atau bahkan dari tukang tagih uang angsuran piutang sekalipun. Maka majikan dan atasannya tiba-tiba juga hilang dari perhatian sang anak buah. Itulah daya tarik yang amat nyata dari telephone Balckberry dan juga lain-lain alat komunikasi baik telepon, email, mini komputer, IPad dari Apple serta sebentar lagi IBlack dari Blackberry dan lain-lain dan lain-lain.
Dari keasyikan dan kemasyukan menikmati alat elektronik ini ada sesuatu yang mengejutkan saya.
Di Chicago, Amerika Serikat beberapa hari yang lalu. Ada seorang Polisi berpangkat tidak tinggi. Setiap hari dia berangkat dari rumahnya menuju ke tempatnya bekerja. Sesuai peraturan dia bekerja dari jam sekian sampai jam sekian dalam setiap hari kerjanya. Entah apa yang merasuki pikrannya dia mulai menghitung berapa lama dia harus siap melakukan pekerjaannya sebelum waktu kerja, dalam berpakaian dinas polisi. Dia hitung dengan tepat berapa menit dan detik dia memasang pakaian dan sepatu serta memasang peralatan resmi polisi di tubuhnya sampai layak bisa dinyatakan bahwa dia siap bekerja sesuai tugasnya. Dia menghitung berapa menit sehari dan berapa menit seminggu dan seterusnya mendapat berapa jam setahunnya. Apa yang dilakukannya dengan data itu?? Dia menuntut atasannya secara undang-udang ke”rugi”annya dia dalam mengenakan pakaiannya dan perlengkapannya sebagai polisi, yang dia katakan sebagai menggunakan waktu pribadinya, bukan waktu dinasnya sebagai polisi. Maka dia menuntut ganti kerugian atas waktu pribadinya yang hilang. Apa yang terjadi?? DIA MENANG di pengadilan dan diberi kompensasi berupa fasilitas cuti yang ditambah dan beberapa hal berupa kemudahan lain.
SEBALIKNYA ada juga yang terjadi. Ada manusia-manusia yang begitu gemar dirinya dalam menikmati kemudahan-kemudahan menggunakan alat elektroniknya, sehingga dia mau saja membudakkan dirinya terhadap pekerjaannya dan kepada perusahaan tempat dia bekerja dengan cara tetap membuka serta bersiap diri agar alat-alat komunikasinya online dengan pekerjaannya, di luar jam kerjanya. Melalui alat komunikasi telepon, sms, mms dan email serta chatting yang memberinya dan dia mau menerima tugas itu, dilakukan seketika atau tidak, tetapi semua kegiatan ini harus dicatat sebagai menggunakan waktu pribadinya. Hal seperti ini tentu saja bisA diberi kecualian apabila memang ada bunyi salah satu dari pasal-pasal di dalam kontraknya yang isinya adalah sebaliknya dari yang biasa,
Apakah dia ini adalah manusia modern yang terikat kontrak kerja?
Ataukan dia ini hanya paku yang merupakan bagian dari mesin besar??
Dia tentunya akan terganggu dalam menikmati waktu pribadinya, dan bekerja secara Lembur (yang gratis) melalui  Blackberry?
Ingatlah bahwa Blackberry itu asal muasalnya buatan Canada juga …
Mari kita renungkan …
Anwari Doel Arnowo
Toronto, 23/08/2010   

Blackberry Overtime ??

Anwari Doel Arnowo
23/08/2010

LEMBUR BLACKBERRY

Trend atau kecenderungan untuk menggunakan alat-alat modern itu sudah dimulai sejak lama. Bukan di abad ini saja, tetapi sudah sejak lama, mungkin sejak jaman batu sekalipun. Yang ingin kita bicarakan sekarang ini adalah sikap hidup yang sedang melanda dunia: di Indonesia, di Pilipina dan Asia pada umumnya, serta pula di seluruh bagian dunia lainnya. Penggunaan alat penunjang hidup itu bukan saja berupa kendaraan yang dikemudikan oleh manusia maupun alat mekanis yang dikemudikan oleh sesamanya sendiri, yakni: mesin.
Saya mendapat informasi bahwa di Kanada saat ini, ada perusahaan kecil tetapi sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar, untuk produksi-produksi barang yang akan digunakan di masa yang akan datang.
Apa misalnya yang dikerjakannya itu?
Perusahaan yang di dalamnya banyak sekali menggunakan komputer-komputer segala macam jenis, sedang mengolah sistem-sistem eletronik yang akan diterapkan sebagai “nyawa” dari mesin penggerak sebuah jaringan kereta api modern di Republik Rakyat China dan bahkan juga di Eropa. Kereta “Api”? Mungkin harus diganti namanya menjadi Kereta Listrik atau Kereta Magnet atau Kereta Energi, karena penggerak api dari kayu dan batubara itu bukan lagi sebuah trend yang sesuai dengan jaman sekarang ini.
Kereta Penumpang Massal adalah mungkin sekali akan lebih sesuai.
Kereta ini adalah sebuah rangkaian gerbong berpenumpang massal yang berkeliling tanpa pernah berhenti di sebuah stasiun. Kecepatannya amat tinggi dan mungkin melebihi dari yang sekarang ada di dunia, yang hanya sekitar 200 sehingga 300 kilometer per jam. Di dalam gerbong akan bersuasana amat nyaman dan mungkin saja amat luxurious dan posh atau indah dan mewah serta nyaman.
Lalu apa pasal sampai merencanakan untuk tidak pernah berhenti ber”jalan” (ini sebaiknya juga diganti dengan bergerak me”luncur”) tanpa berhenti dan berangkat di setiap stasiun di mana ada calon penumpang yang akan naik dan para penumpang yang akan turun?
Begini. Dengan kecepatan yang sekitar 300 kilo meter per jam, hanya untuk melambatkan kecepatan kereta dan menurunkan penumpang, serta setelah penumpang naik kembali, melakukan keberangkatan dari kecepatan nol sampai ke kecepatan normal 300 KM/jam itu, memakan energi dan waktu yang tidak sedikit. Apabila ingin menghemat hal ini dan tetap mendapat penghasilan operasi yang mangkus (effective) maka sitem baru ini harus dipikirkan dan diciptakan secepatnya. Sekali lagi: berhenti dan menurunkan penumpang dan barang lalu disusul dengan menaikkan penumpang dan barang dengan aman serta berangkat kembali sampai mencapai kecepatan “normal” yang akan digunakan itu, benar-benar boros waktu dan energi. Anda dan saya pada saat ini boleh saja setuju atau tidak setuju, hal ini tidak akan bisa kita tolak kejadiannya. Kitalah yang harus mengubah pola pikir , bahwa yang seperti ini tidak lama lagi pasti akan terlaksana. Tiga ratus kilometer per jamnya? Itu sama dengan Jakarta Surabaya yang ditempuh dengan jangka waktu yang sekitar dua setengah jam saja atau sekitar 150 menit saja. Itu lebih cepat dari apabila kita naik pesawat terbang sekarang. Bagaimana mungkin? Iya mungkin sekali!
Rumah di Pondok Indah, Jakarta menuju ke Lapangan Terbang SukHat di Cengkareng, kalau lancar mungkin 40 menit sampai sudah, kalau macet?? Lalu dari Lapangan Terbang Juanda Surabaya ke kota Surabaya paling beruntung satu jam baru sampai di Jalan Embong Malang. Menunggu pesawat berangkat dan menunggu barang di tempat tujuan? Ditambah lama perjalanan pesawat diudara yang satu jam, silakan jumlahkan sendiri saja! Bisakah bersaing dengan Kereta Listrik atau Kereta Magnet atau Kereta Energi seperti itu?? Apalagi pengangkutan secara massal biasanya membuat ongkos perjalanan menjadi lebih murah.
Bagaimana cara penumpang yang ingin turun dan naik, dari dan ke atas kereta?? Menurut rencana yang sudah dibocorkan sih, begini: Di setiap setasium disiapkan serangkaian gerbong yang diberangkatkan dan kecepatannya akan disejajarkan jalannya dengan kereta api utama yang berkecepatan tinggi itu. Pada waktu sudah dianggap aman, ketika sudah sejajar dan “berhimpitan berdampingan” jalannya, maka diadakanlah pergerakan pemumpang dan barang yang naik dan turun seperti di stasiun yang diam dan statis di satu tempat, seperti stasiun yang kita kenal sekarang ini. Selesai prosedur dilaksanakannya hal ini, maka akan dipisah lagi kereta satelit yang menaikkan dan meurunkan penumpang dan barang tadi.
Dengan cara itulah maka Kereta Energi dapat terus menerus berkeliling sepanjang ribuan kilometer dan ini amat mungkin bila di”luncur”kan di negara China yang luas daratannya itu, atau di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika.
Masih belum habis kehebatan dunia mendatang dari penerapan sistem modern yang akan tercipta dan sedang diolah oleh perusahaan Kanada tersebut di atas. Apa itu?
Semua kereta itu tidak akan menggunakan banyak tenaga manusia sebaga penggerak yang menggunakan otaknya sendiri, otak manusia. Semua gerak dan sistem pelaksanaannya akan dikerjakan secara elektronik yang akan amat teliti meniti semua ketentuan dan peratuan mengenai efisiensi dan keselamatan kerja operasi. Apabila ada kelambatan di sebuah tempat penurunan atau penaikan penumpang, sinyal elektronik akan mengatur agar rangkaian kereta berikut yang ada di belakangnya akan mampu menyesuaikan dalam kecepatannya sehingga tidak akan bertumpuk dan membuat jarak yang aman tidak menghambat seluruh sistem.
Pada saat ini sudah ditemukan sistem pengendalian operasi yang demikian akurat sehingga akan mampu, misalnya dalam mengatur tempat berhenti kereta seperti ini tepat di tempat yang ditentukan, dengan kemungkinan yang kesalahannya hanya sepuluh senti meter saja.
Terdengar seperti impian tetapi saya percaya bahwa itu bukan mustahil sama sekali!
Bukankah hampir semua alat di dunia ini dimulai dari impian dan khayalan belaka?
Saya memberi judul tulisan ini karena menengarai gaya hidup sekarang sedang bercampur aduk dari yang paling kuno sampai yang dengan yang paling modern, sedang bersimbiose tetapi kurang mutualistis. Ada yang sudah biasa menggunakan telepon genggam Blackberry dan ada yang memiliki pesawat telepon sambungan kabel saja seumur hidupnya belum pernah merasakannya. Seperti layaknya kakek saya yang lahir pada akhir abad ke 19 saja, seperti Alexander Graham Bell sebelum menemukan alat yang sekarang terkenal dan disebut dengan istilah telephone. Di dalam hidupnya mereka ini malah belum pernah memerlukan telepon. Para pembaca silakan mulai mengamati di sekeliling anda. Apabila di dalam rumah anda sekarang ada seorang yang bekerja sebagai pembantu, yang tinggal bersama, maka mungkin sekali di rumahnya, di desa nun jauh di sana, mungkin saja dia tidak memilik telepon sambungan kabel. Tetapi telepon genggam mungkin saja dimiliki tetangganya yang sering berhubungan ke kota.
Saya juga memperhatikan cucu-cucu saya sedniri yang datang ke tempat tinggal saya, setelah berhaha dan berhihi sebentar, maka apakah itu dimulai dengan dering teleponnya ataukah dia sendiri yang memulai mengaktifkan Cellular telephone-nya, memulai chatting dan email atau sedang browsing di internet. Saya, yang kakeknya dan istri saya yang neneknya, tiba-tiba hilang dari percaturan asyik yang dijalaninya. Mereka sudah sama sekali tidak sadar bahwa saya dan neneknya berpandangan dan tersenyum saja. Cucu saya?
Bukan hanya mereka, semua yang lebih muda pasti tidak akan perduli orang tuanya, siapa saja yang berada di sekelilingnya, apabila Cell phone mulai bekelap-kelip atau bergetar secara aktif. Yang lebih muda? Pegawai yang paling rendah sekalipun di dalam sebuah organisasi perusahaan atau instasi, berani dan biasa minta ijin menerima telepon yang katanya amat penting, dari istrinya dari pacarnya atau bahkan dari tukang tagih uang angsuran piutang sekalipun. Maka majikan dan atasannya tiba-tiba juga hilang dari perhatian sang anak buah. Itulah daya tarik yang amat nyata dari telephone Balckberry dan juga lain-lain alat komunikasi baik telepon, email, mini komputer, IPad dari Apple serta sebentar lagi IBlack dari Blackberry dan lain-lain dan lain-lain.
Dari keasyikan dan kemasyukan menikmati alat elektronik ini ada sesuatu yang mengejutkan saya.
Di Chicago, Amerika Serikat beberapa hari yang lalu. Ada seorang Polisi berpangkat tidak tinggi. Setiap hari dia berangkat dari rumahnya menuju ke tempatnya bekerja. Sesuai peraturan dia bekerja dari jam sekian sampai jam sekian dalam setiap hari kerjanya. Entah apa yang merasuki pikrannya dia mulai menghitung berapa lama dia harus siap melakukan pekerjaannya sebelum waktu kerja, dalam berpakaian dinas polisi. Dia hitung dengan tepat berapa menit dan detik dia memasang pakaian dan sepatu serta memasang peralatan resmi polisi di tubuhnya sampai layak bisa dinyatakan bahwa dia siap bekerja sesuai tugasnya. Dia menghitung berapa menit sehari dan berapa menit seminggu dan seterusnya mendapat berapa jam setahunnya. Apa yang dilakukannya dengan data itu?? Dia menuntut atasannya secara undang-udang ke”rugi”annya dia dalam mengenakan pakaiannya dan perlengkapannya sebagai polisi, yang dia katakan sebagai menggunakan waktu pribadinya, bukan waktu dinasnya sebagai polisi. Maka dia menuntut ganti kerugian atas waktu pribadinya yang hilang. Apa yang terjadi?? DIA MENANG di pengadilan dan diberi kompensasi berupa fasilitas cuti yang ditambah dan beberapa hal berupa kemudahan lain.
SEBALIKNYA ada juga yang terjadi. Ada manusia-manusia yang begitu gemar dirinya menikmati ke”mudah”an menggunakan alat elektroniknya, sehingga dia mau saja membudakkan dirinya kepada perusahaan tempat dia bekerja dengan cara tetap membuka alat-alat komunikasinya dengan pekerjaannya, di luar jam kerjanya. Melalui alat komunikasi telepon, sms, mms dan email serta chatting yang memberinya dan dia mau menerima tugas itu, dilakukan seketika atau tidak, tetapi semua kegiatan ini harus dicatat sebagai menggunakan waktu pribadinya.
Aapakah dia ini adalah manusia modern yang terikat kontrak kerja?
Ataukan dia ini hanya paku yang merupakan bagian dari mesin besar??
Dia tentunya kan terganggu dalam menikmati waktu pribadinya, dan bekerja secara Lembur (yang gratis) melalui Blackberry?
Ingatlah bahwa Blackberry itu asal muasalnya buatan Canada juga …
Mari kita renungkan …
Anwari Doel Arnowo
Toronto, 23/08/2010

Wednesday, August 4, 2010

ORANG TERTUA DI DUNIA seri berikutnya

Ini saya tambahkan pada 4 Agustus, 2010

Tokyo's oldest listed person, age 113, is missing
Tue Aug 3, 5:09 AM
By Mari Yamaguchi, The Associated Press
TOKYO - A 113-year-old woman listed as Tokyo's oldest person is missing, officials said Tuesday, days after the city's oldest man was found dead and mummified.
Fusa Furuya, born in July 1897, does not live at the address in the Japanese capital where she is registered and her whereabouts are unknown, Tokyo Suginami ward official Hiroshi Sugimoto said.
Her disappearance surfaced just days after the shocking discovery last week that Tokyo's oldest man, who would have been 111 years old, had actually been dead for decades.
Officials said that they had not personally contacted the two oldest people for decades, despite their listing as the longest-living in the city. They apparently found out that the man was dead, and Furuya missing, when they began updating their records ahead of a holiday in honour of the elderly that is to be observed next month.
Officials visited Furuya's apartment last Friday, but her 79-year-old daughter said she has never lived there.
The daughter, whose name was not disclosed, told officials she was not aware of her mother's registration at that address and said she thought her mother was just outside Tokyo with her younger brother, with whom she has lost touch.
But when officials checked that address they found a vacant lot.
Officials are also looking for a 106-year-old man who is missing in Nagoya, central Japan, Kyodo News agency reported. The Asahi newspaper said three more centenarians were unaccounted for.
The number of centenarians in Japan has been rising for decades.
Japan has 40,399 people aged 100 or older, including 4,800 in Tokyo, according to an annual health ministry report last year marking a Sept. 21 holiday honouring the elderly. Each centenarian receives a letter and a gift from a local government office — usually by mail.
In the earlier case, police are investigating the family of the man found dead and mummified on suspicion of abandonment and swindling his pension money. Sogen Kato is believed to have died 32 years ago after he had retreated to his bedroom, saying he wanted to be a living Buddha.
Health and Welfare Minister Akira Nagatsuma has urged officials to find a better way to monitor centenarians, but local officials say it is hard to keep track because their families are often reluctant to receive official visits.
Many also send their elderly relatives to nursing homes without doing the proper paperwork.

Orang tertua terdaftar Tokyo, umur 113, yang hilang
Tue Aug 3, 05:09
Oleh Mari Yamaguchi, The Associated Press
TOKYO - Seorang wanita 113 tahun tercatat sebagai orang tertua di Tokyo yang hilang, kata para pejabat Selasa, hari setelah orang itu kota tertua ditemukan tewas dan mumi.
Fusa Furuya, lahir pada bulan Juli 1897, tidak tinggal di alamat di ibukota Jepang di mana dia terdaftar dan tidak diketahui keberadaannya, kata. Hiroshi Sugimoto pegawai dari bangsal resmi Suginami Tokyo.
Hilangnya-nya muncul hanya beberapa hari setelah penemuan mengejutkan minggu lalu bahwa manusia tertua Tokyo, yang pasti 111 tahun, benar-benar sudah mati selama beberapa dekade.
Para pejabat mengatakan bahwa mereka tidak secara pribadi menghubungi dua orang tertua selama puluhan tahun, meskipun daftar mereka sebagai terpanjang yang tinggal di kota. Mereka tampaknya menemukan bahwa orang itu sudah mati, dan Furuya hilang, ketika mereka mulai memperbarui catatan mereka menjelang hari libur untuk menghormati orang tua yang harus diamati bulan depan.
Pejabat mengunjungi apartemen Furuya Jumat lalu, namun putrinya 79 tahun mengatakan dia tidak pernah tinggal di sana.
Putri, yang namanya tidak diungkapkan, mengatakan kepada petugas dia tidak menyadari ibunya terdaftar di alamat itu dan mengatakan dia berpikir ibunya hanya di luar Tokyo dengan adiknya, dengan siapa dia telah kehilangan kontak.
Tetapi ketika pejabat memeriksa pada alamat itu,  mereka menemukan tanah kosong.
Pejabat juga mencari seorang pria 106 tahun yang hilang di Nagoya, Jepang pusat, kantor berita Kyodo melaporkan. Koran Asahi mengatakan tiga lebih centenarians yang ditemukan.
Jumlah centenarians di Jepang telah meningkat selama beberapa dekade.
Jepang telah 40.399 orang berusia 100 tahun atau lebih, termasuk 4.800 di Tokyo, tahun lalu menurut laporan kementerian kesehatan tahunan menandai 21 Sep libur menghormati orang tua. umurnya seratus tahun Setiap menerima surat dan hadiah dari kantor pemerintah setempat - biasanya melalui surat.
Dalam kasus sebelumnya, polisi sedang menyelidiki keluarga pria itu ditemukan tewas dan mumi karena dicurigai ditinggalkan dan menipu uang pensiun. Kato Sogen diyakini telah meninggal 32 tahun yang lalu setelah ia kembali ke kamar tidurnya, mengatakan ia ingin menjadi seorang Buddha hidup.
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Akira Nagatsuma telah mendesak para pejabat untuk menemukan cara yang lebih baik untuk memantau centenarians, namun para pejabat setempat mengatakan sulit untuk melacak karena keluarga mereka sering enggan untuk menerima kunjungan resmi.
Banyak juga mengirim saudara tua mereka ke panti jompo tanpa melakukan urusan administrasi.